A. Pendahuluan
Indonesia di kenal sebagai negara Agraris, dan juga dikenal kaya
akan sumberdaya alamnya yang cukup melimpah. Dalam hal ini, ternyata
kelimpahannya itu masih terdapat beberapa produk pertanian yang perlu
dikembangkan lagi, produk tersebut diantaranya adalah Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris). Sebelumnya tanaman
ini pernah di kembangkan, namun hanya terdapat di beberapa daerah yang ada di
Indonesia. Misalnya
pulau Jawa dan sekitarnya. Tanaman ini diperkirakan
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan dapat menambah keuntungan kepada
petani apabila ditekuni untuk pengembangannya. Selain itu, kandungan gizi yang
yang terdapat pada kacang buncis juga sangat baik untuk kesehatan, yaitu dapat
menjadi sumber protein nabati, serta mengandung vitamin A, B, dan C. Jika
dilihat dari aspek budidayanya, tentu akan banyak petani ataupun masyarakat
yang mau mengelola/mengusahakannya. Karena untuk pengelolaan/pengerjaannya
sendiri tidak terlalu rumit, dan juga waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama,
yaitu sekitar 60 hari sudah bisa memperoleh hasilnya. Oleh karena itu, perlu di lakukan penelitian dan
percobaan yang lebih jauh
lagi untuk mendapatkan hasil yang baik dan intensif.
a.
Sistematika
tanaman
1. Kacang
Buncis
Berdasarkan jenis dari kacang buncis
tersebut di klasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Sparmatopytab
Sub
divisi : Angiospermaea
Kelas : Dicotyloledonaed
Ordo : Leguminalese
Famili : Leguminoseae
Genus : Phaseolus g
Species : Phaseolus vulgaris
Kacang
buncis (phaseolus vulgaris) merupakan
sayuran polong yang merambat. Kacang buncis sifatnya mirip kacang panjang.
Perbedaannya terletak pada kurangnya kemampuan bersimbiosis dengan bakteri
penambat nitrogen bebas dari udara (Rhizobium). Daunnya agak lebih kasar dan
polongnya cenderung lebih pipih dari kacang panjang. Aroma polong buncis agak
langu (kurang sedap). Jenis-jenis buncis
Buncis
(Phaseolus vulgaris) banyak sekali
jenisnya, tetapi secara garis besarnya dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu tanaman buncis yang membelit (merambat)
dan tidak membelit.
Jenis tanaman
buncis yang membelit di antaranya buncis/kacang lompeh (rompes), dan kacang
kopak. Kacang Prancis merupakan jenis buncis yang terkenal. Variates buncis tersebut yang ada di Indonesia
ialah hawaian woner, surakarta, helda, hargo,
promo, dan kentucky wonder. Biji jenis buncis ini ada yang berwarna ungu, putih, dan hitam. Buncis biasanya dimakan
sewaktu polongnya masih muda.
Jenis kacang buncis yang tidak membelit (dwarf) ialah kacang jogo. Kacang jogo ini terdiri dari dua macam, yaitu kacang cokelat dan kacang
merah.
a) Kacang
cokelat (bruine boon)
Kacang cokelat merupakan jenis kacang jogo lain yang
tidak membelit. Tanaman ini termasuk tanaman pendek dengan tinggi 40 cm.
Biji-biji kacang cokelat ini berewarna ungu atau cokelat. Ada pula jenis kacang
jogo yang dimakan polong muda (kacang prancis pendek), misalnya rich green,
brezobel, dan hawkesbury wonder.
b) Kacang
merah (rode boon)
Kacang
merah merupakan tanaman jogo pendek yang tingginya 30 cm. Biji kacang merah
berwarna merah atau merah berbintik-bintik putih, misalnya variates garut.
Variates ini banyak ditanam di Jawa Barat sebagai tanaman sela dengan bawang
daun. Kacang jogo ini hanya dimakan bijinya dari buah yang telah tua.
1.
Syarat
tumbuh tanaman buncis
- Lokasi
Kacang buncis mudah di tanam di daerah
dengan ketinggian antara 300—600 m dari permukaan laut, terutama di ketinggian
lebih dari 1.000—1.500 m.
- Media tanam
Jenis tanah yang cocok untuk tanaman buncis adalah tanah
andosol dan regosol karena mempunyai drainase yang baik. Tanah andosol hanya
terdapat di daerah pegunungan yang mempunyai iklim sedang dengan curah hujan
diatas 2500 mm/tahun, berwarna hitam, bahan organiknya tinggi, berstektur
lempung hingga debu, remah, gembur dan permeabilitasnya sedang. Tanah regosol
berwarna kelabu, coklat dan kuning, berstektur pasir sampai berbutir tunggal
dan permeabel. PH tanah antara 5,5-6 dan air tanahnya tidak menggenang.
- Iklim
Kacang buncis hidup dengan suhu udara 20—25°C, dan iklimnya
kering. Oleh karena itu, penanaman buncis yang paling tepat ialah menjelang
akhir musim hujan.
2.
Cara
budidaya tanaman bunci
- Persiapan Benih, Pupuk, dan peralatan budidaya
- Siapkan benih buncismyang baik dan besertifikat. Ciri-ciri benih buncis yang baik di antaranya berasal dari pohon induk yang baik, daya tumbuh minimum 80% berbentuk biji utuh, bernas, warna mengkilat, bentuknya seragam, tidak bernoda cokelat, bebas hama penyakit, dan bersih dari kotoran.
- Untuk tanah yang kurang subur, maka siapkan pupuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 2.000—5.000 kg untuk memperbaiki struktur tanah, aerasi dan drainase menjadi lebik baik.
- Siapkan pupuk urea, SP—36, dan KCl masing-masing dengan dosis 100 kg.
- Siapkan alat seperti cangkul, garu, kored, ember, dan gombor.
- 2. Persiapan lahan
- Pilih lahan yang drainase baik, bertipe gembur dengan pH 5,5—6. Lahan berada pada ketinggian 1.000—1.500 meter dari pinggir laut (DPL). Suhu ideal penanaman buncis sekitar 20—25° C dengan kelembaban udara sekitar 55%.
- Sebelum disiapkan sebagai lahan penanaman buncis, bersihkan lahan dari rumput dan gulma yang mengganggu agar tidak terjadi persaingan unsur hara. Pembersihan dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul atau traktor apabila lahannya luas.
- Lakukan pencangkulan lahan sedalam 20—30 cm. Tanah yang berat perlu dicangkul dua kali dengan jangka waktu 2—3 minggu. Sementara itu, untuk tanah yang memiliki struktur ringan, cukup sekali melakukan pencangkulan.
- Untuk tanah yang terlalu asam (pH kurang dari 5,5), taburkan dolomit sebagai upaya pengapuran sebanyak 500 ke lahan secara merata. Pengapuran dilakukan 2—3 minggu sebelum penanaman.
- Setelah pengapuran, sebarkan pupuk kompos atau pupuk kandang dengan dosis 500—1.000 kg untuk memperbaiki struktur tanah.
- Buat bedengan dengan panjang 5 meter, lebar 1 meter, dan tinggi 20 cm. Jarak antar bedengan 40-50 cm.
3. Penanaman
Pola tanam
- Tanaman buncis di tanam dengan pola pagar atau barisan karena penanamannya dilakukan pada bedengan atau guludan. Pada pola ini jarak antar tanaman lebih sempit dari pada jarak antar barisan tanamannya. Dengan pola tanam barisan akan mempermudah pekejaan selanjutnya, seperti pemeliharaan, pengairan, pemupukan, pembumbunan dan panen.
- Jarak tanaman yang digunakan adalah 20 x 50 cm, baik untuk tanah datar atau tanah miring. Dan bila kesuburan tanahnya tinggi, maka sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih sempit lagi, yaitu 20 x 40 cm. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari tumbuhnya gulma, karena gulma akan lebih cepat tumbuh pada tanah yang subur. Penentuan jarak tanam ini harus benar-benar diperhatikan karena berhubungan dengan tersedianya air, hara dan cahaya matahari.
Cara penanaman
- Buat lubang tanam sedalam 3—4 cm dengan tugal. Jarak tanam 20 x 50 cm, 40 x 60 cm, atau 30 x 40 cm untuk buncis tipe merambat. Sementara itu, untuk buncis tipe tegak, jarak tanamnya 20 x 40 cm atau 30 x 60 cm.
- Masukkan benih 2—3 biji ke dalam lubang tanam, lalu tutup dengan tanah. Setelah 3—5 hari dari masa tanam tidak tumbuh, maka perlu dilakukan penyulaman untuk menggantikan benih yang baru.
4. Pemeliharaan/perawatan tanaman
Pengguludan
Peninggian
guludan atau bedengan dilakukan pada saat tanaman berumur lebih dari 20—40 hari
setelah tanam (HST). Lebih baik dilakukan pada saat musim hujan. Tujuan dari
peninggian guludan adalah untuk memperbanyak akar, menguatkan tumbuhnya tanaman
dan memelihara struktur tanah. Pemangkasan
Pemangkasan
dilakukan untuk memperbanyak ranting-ranting agar diperoleh buah yang banyak.
Pelaksanaannya dilakukan bila tanaman telah berumur 2—5 minggu, dan juga
pemangkasan di maksudkan untuk mengurangi kelembapan di dalam tanaman sehingga
dapat menghambat perkembangan hama penyakit.
Pemupukan
Tindakan
pemupukan pada tanaman buncis perlu dilakukan dengan alasan hara tanaman yang
disediakan oleh tanaman dalam jumlah yang terbatas. Sewaktu-waktu zat hara akan
berkurang karena tercuci kadalam lapisan tanah, terbawa erosi bersama larutan
tanah, hilang melalui proses evaporasi (penguapan), dan diserap oleh tanaman.
Apabila keadaan tersebut dibiarkan terus menerus tanpa adanya perbaikan, maka
makin lama persediaan hara dalam tanah makin berkurang sehingga tanaman
tumbuhnya merana. Untuk mencukupi kebutuhan hara tersebut, perlu tambahan dari
luar melalui pemupukan. Diharapkan dengan pemupukan akan mengembalikan dan
meningkatkan kandungan hara dalam tanah, sehingga tanaman akan tumbuh subur dan
produksinya akan melimpah. Pemupukan ini dapat dilakukan pada umur 14—21 hari
setelah tanam. Pupuk yang diberikan hanyalah Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis
masing-masing 50, 75, dan 25 kg.
·
Penyiraman/pengairan
Air yang diberikan alam sangat
bervariasi dan seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Untuk itu, jika
buncis di tanam pada musim kemarau lakukan penyiraman 2x sehari, yaitu setiap
pagi dan sore hari. Jika penanaman dilakukan pada musim penghujan, buatkan
saluran pembuangan berupa parit di antara bedengan. Penyiraman dilakukan secara
menyeluruh atau mengenai seluruh bagian tanaman. Gunakan gombor halus untuk
tanaman yang masih kecil.
E. Panen dan pasca panen
1. Buncis
biasanya dipanen pada umur 60 HST. Berikut beberapa ciri fisik polong buncis
yang siap panen.
-
Warna polong hijau agak mudah atau
suram.
-
Tekstur permukaan kulit polong relatif
kasar.
-
Biji dalam polong belum menonjol.
-
Jika polong dipatahkan akan menimbulkan
bunyi seperti letupan.
-
Polongnya belum berserat.
2. Panen
buncis dilakukan dengan cara memetik polong dengan tangan. Hindari penggunaan
pisau atau benda tajam lainnya karena
berisiko menimbulkan luka pada polongnya dan kerusakan fisik lainnya.
3. Panen
dapat dilakukan secara bertahap sebanyak 2—3 hari sekali agar diperoleh polong
yang memiliki tingkat kematangan seragam. Panen sebaliknya dihentikan pada umur
lebih dari 80 HST atau setelah tujuh kali panen.
4. Polong
yang sudah dipanen perlu segera di sortasi, yaitu dengan cara memisahkan
berdasarkan kualitas. Pisahkan polong buncis yang tidak baik, seperti polong
yang cacat akibat hama dan penyakit, polong tua, dan polong yang patah. Sortasi
sebaiknya dilakukan di tempat yang ternaungi.
5. Penyimpanan
buncis sebaiknya di tempat yang memiliki kondisi suhu dan kelembapan yang
terjaga. Buncis dapat disimpan 2—4 minggu dengan suhu 0—44°C dan kelembapan
85—90%.
F. Hama dan penyakit
a. Hama
1. Kumbang
daun
Ø Penyebab:
kumbang Henose-pilachna signatipennis atau Epilachna signatipennis, sering
disebut kumbang daun epilachna yang termasuk famili Curculionadae. Bentuk
tubuhnya oval, warna merah atau coklat kekuningan, panjang antara 6-8 mm.
Ø Pengendalian:
(1) bila sudah terlihat adanya telur, larva, maupun kumbangnya, maka dapat
langsung dibunuh dengan tangan; (2) dengan insektisida Lannate L dan Lannate 25
WP, dengan konsentrasi 1,5-3 cc/liter air atau 300-600 liter setiap hektar; (3)
rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inang.
2. Penggerek
daun
Ø Penyebab:
ulat Etiella zinckenella yang termasuk dalam famili Pyralidae. Penyebarannya
meliputi daerah tropis dan subtropis. Gejala: polong yang masih muda mengalami
kerusakan, bijinya banyak yang keropos. Kerusakkan ini tidak sampai mematikan
tanaman buncis.
Ø Pengendalian:
penyemprotan dengan insektisida Atabron 50EC dengan konsentrasi 12-15 cc/10
liter air. Setiap satu hektar diperlukan 500 liter larutan semprot. Waktu
penyemprotan dilakukan segera setelah diketahui adanya serangan dan dapat
diulangi beberapa kali menurut keperluan. Selain Atrabon dapat pula dipilih
insektisida lain, seperti Agrothion 50 EC, Basbiman 200 EC dan Bayrusil 250 EC
dengan konsentrasi seperti yang tercantum pada labelnya.
3.
Kutu daun
Ø Penyebab:
Aphis gossypii, yang termasuk dalam famili Aphididae. Sifatnya polibag dan
kosmopolitan yaitu dapat memakan segala tanaman dan tersebar di seluruh dunia.
Tanaman inangnya bermacam-macam, antara lain kapas, semangka, kentang, cabai,
terung, bunga sepatu dan jeruk. Warna kutu ini hijau tua sampai hitam atau
kuning coklat. Gejala: pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan batang memutar
(memilin), daun menjadi keriting dan berwarna kuning.
Ø Pengendalian:
(1) secara alami, yaitu dengan cara memasukkan musuh alaminya, antara lain
lembing, lalat dan jenis Coccinellidae; (2) menggunakan insektisida Orthene 75
SP dengan konsentrasi 0,5-0,8 gram/liter air. Bila setelah disemprotkan masih
terdapat hamanya, maka penyemprotannya dapat diulang setiap 7-14 hari sekali.
Selain Orthene dapat juga digunakan Sevidan 70 WP atau Supracide 40 EC.
4. Ulat
jengkal semu
Ø Penyebab:
ulat jengkal semu. Ada dua spesies yang terdapat diperkebunan buncis, yaitu
Plusia signata (Phytometra signata) dan P. chalcites. Keduanya termasuk kedalam
famili Plusiidae. Panjang ulat P. chalcites kurang lebih 2 cm berwarna hijau
dengan garis samping berwarna lebih muda. Gejala: (1) daun-daun berlubang; (2)
tanaman menjadi kerdil.
Ø Pengendalian:
(1) secara mekanik, yaitu dibunuh satu persatu, namun tidak efektif; (2)
sanitasi, yaitu dengan membersihkan gulma-gulma yang dapat dijadikan sebagai
tempat persembunyian hama tersebut; (3) dengan insektisida Hostathion40 EC
sangat efektif karena mempunyai cara kerja ganda, yaitu sebagai racun kontak
dan racun lambung. Insektisida ini mempunyai daya basmi 2-3 minggu, Konsentrasi
formulasi yang digunakan 1-1,5 cc/liter air dan volume larutan semprot
kira-kira 400-600 liter/ha. Dapat juga menggunakan Lannate 25 WP dan Lebaycid
550 EC. Penyemprotan dilakukan bila intensitas serangan mencapai 12,5%.
5. Ulat
penggulung daun
Ø Penyebab:
ulat Lamprosema indicata dan L. diemenalis, keduanya termasuk dalam famili
Pyralidae. Gejala: daun kelihatan seperti menggulung dan terdapat ulat yang
dilindungi oleh benang-benang sutra dan kotoran. Polongan sering pula ikut
direkatkan bersama-sama dengan daunnya. Daun juga tampak berlubang-lubang bekas
gigitan dari tepi sampai ketulang utama, hingga habis hanya tinggal
urat-uratnya saja.
Ø Pengendalian:
(1) membuang dan membakar daun yang telah terkangkit; (2) penyemprotan
pestisida Azordrin 15 WSC dengan konsentrasi 2-3 cc/liter air, Kiltop 50 EC
dengan konsentrasi 4-5 cc/liter air, atau Matador 25 EC dengan konsentrasi 5
ml/ 10 liter air. Setiap hektar kira-kira memerlukan volume 400-600 liter
larutan. Penyemprotan dapat diulang setiap 7 hari sampai tanaman terbebas dari
hama tersebut.
b. Penyakit
1. Penyakit antranonsa
Ø Penyebab:
cendawan Colletotrichum lindemuthianum, termasuk dalam famili Melanconiaccae..
Gejala: (1) terdapat bercak-bercak kecil berwarna coklat karat pada polong
buncis muda; (2) bercak hitam atau coklat tua di bagian batang tanaman tua.
Ø Pengendalian:
(1) memakai benih yang benar-benar bebas dari penyakit; (2) merendam benih
dalam fungsida Agrosid 50 SD sebelum ditanam. Cara merendamnya ialah beberapa
jam sebelum benih ditanam dibasahi dulu dengan air. Kemudian dimasukkan ke
kantong plastik dan dicampur dengan Agrosid 50 SD sebanyak 10-15 gram/kg benih.
Setelah itu dikocok sampai rata kemudian diangin-anginkan; (3) pergiliran
tanaman, maksudnya untuk memotong siklus hidup cendawan tersebut.
2.
Penyakit
embun tepung
Ø Penyebab:
cendawan Erysiphe polygoni, yang termasuk dalam famili Erysiphaceae. Gejala:
daun, batang, bunga dan buah berwarna putih keabuan (seperti beludru). Apabila
serangan pada bunga ringan, maka polong masih dapat terbentuk. Namun bila gagal
serangannya berat akan dapat menggagalkan proses pembuahan, bunga menjadi
kering dan akhirnya mati. Bila polong yang diserang maka polong tidak gugur,
tetapi akan meninggalkan bekas berwarna cokelat surat sehingga kualitasnya
menurun.
Ø Pengendalian
: (1) bagian-bagian yang sudah terserang sebaiknya dipotong atau di bakar ; (2)
dapat juga disemprot dengan fungisida Morestan 25 WP, konsentrasinya 0,5-1
gram/liter air dan volume larutan 1.000 liter/ha.
3. Bercak daun
Ø Penyebab:
cendawan Cercospora canescens, termasuk dalam famili Dematiaceae. Sporanya
dapat disebarkan melalui air hujan, angin, serangga, alat-alat pertanian,
manusia dan lain-lain. Gejala: Daun berbercak-bercak kecil berwarna cokelat
kekuningan. Lama-kelamaan bercak akan melebar dan bagian tepinya terdapat pita
berwarna kuning. Akibat lebih parah, daun menjadi layu lalu berguguran. Bila
sampai menyerang polong, maka polong berbercak kelabu dan biji yang terbentuk
kurang padat dan ringan.
Ø Pengendalian:
(1) sebelum ditanam benih buncis direndam air panas dengan suhu 48 derajat C
selama 30 menit; (2) rotasi tanaman; (3) rotasi tanaman (4) memotong bagaian
tanaman yang telah terserang; (5) penyemprotan dengan Baycor 300 EC konsentrasi
0,5-1 liter/ha, Bayleton 250 EC konsentrasi 0,25-0,5 liter/ha, volume semprot
tiap hektarnya kurang lebih 400 liter. Dapat juga menggunakan Cupravit OB 21,
Daconil 75 WP, Delsene MX-200 dengan konsentrasi sesuai labelnya. Penyemprotan
diulang dengan selang waktu 5-15 hari.
4. Penyakit karat
Ø Penyebab:
cendawan Uromyces appendiculatus, termasuk dalam ordo Uredinales. Cendawan ini
masih dapat bertahan pada bagian tanaman yang sakit walaupun iklimnya kering.
Serangan akan kembali menghebat pada musim hujan.
Ø Pengendalian:
(1) menanam bibit buncis yang tahan terhadap penyakit karat, yaitu manoa
wonder; (2) mencabut dan membakar tanaman yang telah terjangkit; (3)
menggunakan fungisida Baylleton 250 EC dengan dosis 0,25-0,5 liter/ha dan
voleume larutan 500 liter/ha. Penyemprotannya dilakukan bila intensitas
serangan mencapai 10% dengan selang
waktu 7 hari.
b.
Kandungan
Gizi Sayuran Buncis
Buncis
mempunyai kandungan gizi yang sangat banyakSetiap 100 gram buncis cukup untuk
memenuhi kebutuhan harian 20% vitamin C, 18% Vitamin K dan 13% vitamin A.
Selain itu, ada banyak serat dan sejumlah vitamin B1, B2, B3, B6 dan B11.
Buncis juga mengandung mineral, seperti mangan, molibdenum, magnesium,
potasium, zat besi, fosfor, kalsium dan tembaga. Kandungan fitonutrien dalam
buncis termasuk berbagai karotenoid dan flavonoid yang memiliki efek
antioksidan kuat. Penelitian terbaru telah menginformasikan adanya lutein,
beta-karoten, violaxanthin, dan neoxanthin dalam buncis. Flavonoid dalam buncis
mencakup quercetin, kaemferol, catechin, procyanidin dan epicatechin. Selain
itu, buncis juga mempunyai beberapa senyawa berikut: saponin, triterpenoida,
steroida, stigmasterin, trigonelin, arginin, asam amino, asparagin, kholina,
tanin, fasin (toksalbumin), zat pati, vitamin dan mineral.
c.
Habitat
tanaman buncis
Tanaman ini, berasal dari
benua Amerika, tepatnya Amerika Utara dan Amerika Selatan. Penyebaran ke benua
Eropa berlangsung sejak abad ke-16 oleh orang-orang Spanyol dan Portugis.
Daerah pusat penyebarannya mula-mula adalah Inggris (tahun 1594), kemudian
menyebar ke negara-negara lainnya di kawasan Eropa, Afrika, sampai ke Asia. Di
Amerika daerah penyebaran tanaman buncis terdapat di New York (tahun 1836),
kemudian meluas ke Wisconsin, Maryland, dan Florida. Tanaman ini mulai
dibudidayakan secara komersil sejak Tahun 1968 dan menempati urutan ke tujuh
diantara sayuran yang dipasarkan di Amerika pada tahun tersebut. Adapun “kapan”
masuknya tanaman buncis ke Indonesia belum diperoleh informasi yang jelas,
tetapi daerah penanaman buncis pertama kali adalah di daerah Kota batu (Bogor),
kemudian menyebar ke daerah-daerah sentra sayuran di Pulau Jawa.
d.
Manfaat
Buncis untuk Kesehatan
Berikut ini
beberapa manfaat buncis bagi kesehatan yang kami rangkum dari berbagai sumber.
1. Mengendalikan glukosa
Buncis
mempunyai kadar protein yang begitu tinggi. Jika sayuran ini diolah dengan
benar maka protein yang ada di dalamnya dapat diserap oleh tubuh dan berguna
untuk mengendalikan glokusa atau kadar gula dalam darah.
Maka dari
itu, buncis sangat sesuai bagi penderita diabetes. Hal ini tentu saja sangat
menguntungkan bagi penderita diabetes agar gula darah tetap dalam ambang batas
aman.
2. Melancarkan
pencernaan
Buncis
termasuk ke dalam keluarga kacang, yang kaya akan serat. Serat berguna untuk
membantu sistem pencernaan.
3. Menjaga
jantung tetap sehat
Untuk
mengurangi kadar kolesterol dalam darah yang bisa memicu serangan jantung diperlukan
sistem pencernaan yang bekerja dengan baik. Oleh sebab itu buncis baik untuk
dikonsumsi oleh pasien penyakit jantung. Dengan mengkonsumsi buncis minimal
empat kali seminggu dapat membantu organ jantung kita tetap sehat, manfaat ini
kita dapatkan dari buncis karena asam folat yang dikandungnya.
4. Meningkatkan
kekebalan tubuh
Vitamin B1,
B6 dan vitamin C dalam buncis dapat membuat sistem imun atau kekebalan tubuh
kita meningkat.
5. Meningkatkan
metabolisme tubuh
Buncis
mengandung mineral yang penting untuk metabolisme tubuh an tara lain mangan,
kalium, zat besi dan magnesium.
6. Mengatasi
batu ginjal
Serat yang
begitu tinggi dalam buncis dapat berguna untuk melarutkan batu ginjal sekaligus
mencegah pembentukan batu pada ginjal. Oleh karena itu banyak dokter
menganjurkan makanan ini untuk dikonsumsi oleh pasiennya.
Buncis termasuk beberapa makanan yang mengandung oksalat. Okssalat yang
terlalu banyak di dalam tubuh dapat mengganggu kesehatan, terutama bagi
penderita penyakit ginjal atau kantung empedu.
Sebelum
mengolah buncis menjadi masakan, cucilah buncis di air mengalir. Dlaam memasak
buncis hendaknya jangan terlalu matang agar kandungan fitonutrien, vitamin dan
mineralnya masih ada dalam jumah banyak di buncisnya.
A.
PROSPEK PASAR
Sebagai salah satu tanaman penghasil protein
nabati, kebutuhan buncis di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung
sangat tinggi. Bahkan sekarang ini buncis menjadi produk komoditas dagangan
yang pasokannya di Indonesia sendiri menjadi barang ekpor ke negara lain.
Contohnya jepang yang telah menanda tangani kontrak perjanjian untuk membeli
buncis dalam bentuk utuh untuk dikonsumsi.
Melihat tingginya kegiatan ekspor kedelai di negara
Indonesia, tentunya memberikan sebuah indikator baru bagi kita semua bahwa
peluang pasar buncis sekarang ini masih sangat menjanjikan. Karena itu untuk
mendatangkan untung besar setiap bulannya, tidak ada salahnya bila Anda
memanfaatkan peluang tersebut untuk mulai memproduksi buncis dan
membudidayakannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang masih sangat tinggi.
Konsumen
Pada dasarnya kacang buncis sudah dikenal masyarakat
Indonesia sejak puluhan tahun silam. Biasanya sumber protein nabati ini diolah
masyarakat menjadi makanan ataupun sayuran sehari-hari.
B.
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN
Pertumbuhan
permintaan buncis selama 5 tahun terakhir cukup tinggi, sebagai tanaman
polongan tentu buncis ada keuntungan lain dalam hal pengolahan lahan yang bisa
menjadi sayuran kalengan atau pembuatan makan atau pun dalam bentuk olahan yang
di gunakan untuk pakan ternak. Peluang buncis sangat menjanjikan, adaanya
standarisasi mungkin dapat meningkatkan pendapatan petani. Ekpor besar-besaran
kenegara lain tentu menjadi peluang tersendiri.
C.
ANALISIS KELAYAKAN
Perhitungan biaya biaya sangat
dipelukan sebagai acuan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha yang
akan di buka. Adapun langkah-langkahnya :
- Biaya investasi
Komponen
|
Satuan
|
Harga (Rp)
|
Jumlah (Rp)
|
Alat
pertanian
|
2 Set
|
200.000
|
400.000
|
Ember
plastik
|
5 Buah
|
20.000
|
100.000
|
Timbangan
|
2 Buah
|
80.000
|
160.000
|
Boks panen
|
5 Buah
|
100.000
|
500.000
|
Gembor
|
5 Buah
|
75.000
|
375.000
|
Sprayer
|
1 Buah
|
350.000
|
350.000
|
Total
Biaya Investasi
|
1.885.000
|
-
Biaya Tetap
Uraian
|
Masa
Pakai
|
Harga
(Rp)
|
Penyusutan
(Rp)
|
Total
Biaya
(Rp)
|
Sewa lahan
5.000 m²
|
4 Bulan
|
350.000
|
1.400.000
|
|
Penyusutan
alat pertanian
|
36 Bulan
|
400.000
|
4/36 x 400.000
|
44.444
|
Penyusutan
ember pertanian
|
24 Bulan
|
100.000
|
4/24 x 100.000
|
16.667
|
Penyusutan
timbangan
|
36 Bulan
|
160.000
|
4/36 x 160.000
|
17.778
|
Penyusutan
boks panen
|
36 Bulan
|
500.000
|
4/36 x 500.000
|
55.556
|
Penyusutan
gembor
|
24 Bulan
|
375.000
|
4/24 x 375.000
|
62.500
|
Penyusutan
sprayer
|
60 Bulan
|
350.000
|
4/60 x 350.000
|
23.333
|
Total Biaya Tetap
|
1.620,278
|
- Biaya Variabel
Uraian
|
Satuan
|
Harga
(Rp)
|
Total
biaya
(Rp)
|
Benih
|
9 kg
|
44.000
|
396.000
|
Pupuk
kandang
|
2.500 kg
|
300
|
750.000
|
Pupuk Urea
|
100 kg
|
1.400
|
140.000
|
Pupuk
SP-36
|
100 kg
|
1.900
|
190.000
|
Pupuk KCl
|
100kg
|
1.800
|
180.000
|
Pupuk
susulan Mutiara
|
80 kg
|
8.000
|
640.000
|
Kapur
pertanian
|
1.000 kg
|
300
|
300.000
|
Insektisida
|
3 liter
|
150.000
|
450.000
|
Fungisida
|
4 kg
|
70.000
|
280.000
|
Tali
rafiah
|
5 rol
|
5.000
|
25.000
|
Ajir
|
12.500 Batang
|
150
|
1.875.000
|
Tenaga
kerja pengolah lahan
|
50 HKP
|
20.000
|
1.000.000
|
Tenaga
kerja penanam
|
10 HKW
|
15.000
|
150.000
|
Tenaga
kerja pemeliharaan
|
50 HKP
|
20.000
|
1.000.000
|
Tenaga kerja
pemeliharaan
|
50 HKW
|
15.000
|
750.000
|
Tenaga
kerja panen dan pasca panen
|
40 HKW
|
15.000
|
600.000
|
Total Biaya tidak tetap
|
8.762.000
|
Keterangan
: HKW : Hari Kerja Wanita (6 jam sehari)
HKP : Hari
Kerja Pria (8 Jam sehari)
-
Total Biaya Operasional
per Periode
Total biaya
operasional = Total biaya tetap +
total biaya variabel
=
Rp 1.620.278 + Rp 8.726.000
=
Rp 10.346.278
-
Pendapatan
dan Keuntungan
—
Pendapatan
per periode
Pendapatan = Jumlah buncis
terjual x Harga buncis
Pendapatan dari polong bagus = 5.000 kg x Rp 3.500/kg = Rp 17.500.000
Pendapatan dari polong cacat = 1.250 kg x Rp 1.000/kg = Rp 1.250.000
Total =
Rp 18.750.000
—
Keuntungan
per Periode
Keuntungan = Pendapatan - Total biaya operasional
=
Rp 18.750.000 – Rp 10.346.278
=
Rp 8.403.722
H. Kelayakan Usaha
—
R/C
R/C =
Pendapatan : Total biaya operasional
=
Rp 18.750.000 : Rp 10.346.278
R/C
lebih dari satu artinya usaha budidaya buncis dapat di jalankan. R/C 1,81
artinya setiap penambahan modal sebesar Rp 1 akan memberikan pendapatan sebesar
Rp 1,81.
—
Pay Back
Period
Pey back period = (Total biaya investasi : keuntungan) x 1
bulan
=
(Rp 1.885.000 : Rp 403.772) x 1 bulan
=
0,22 bulan
Artinya titik balik modal usaha
budidaya buncis dapat dicapai kurang dari satu bulan (0,22)
3.
Keuntungan budidaya tanaman Buncis
Budidaya tanaman buncis memang tidak
asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, hanya sebagian orang yang bisa
merasakan bahwa budidaya tanaman buncis itu dapat menguntungkan. Karena dengan
bentuknya yang kecil, sebagian orang pula mungkin menganggap bahwa membudidaya
tanaman ini hanya untuk mengisi lahan yang kosong, dan juga modalnya awalnya
sama dengan hasil setelah panennya nanti. Padahal, jika memiliki banyak
informasi dan pengetahuan untuk budidaya tanaman ini sendiri maka dapat
menambah pendapatan ekonomi untuk keluarga. Keuntungan dari tanaman buncis
tersebut diantaranya adalah :
- Dapat
menjadi sumber protein untuk tubuh, dan juga sangat baik untuk kesehatan.
- Mempertahankan kesuburan dan produktivitas
pada tanah,
- Proses
pemasarannya mudah.
D. Penutup
A.
Kesimpulan
Kacang buncis atau dalam bahasa latinnya disebut phaseolus vulgaris
ini merupakan tanaman sejenis kacang panjang, perbedaannya hanya terletak pada
kemampuan untuk bersimbiosis dan daunnya agak lebih kasar dan polongnya
cenderung lebih pipih dari kacang panjang. Tanaman ini berasal Benua Amerika,
tepatnya di Amerika utara, dan Amerika selatan. Daerah pusat penyebaran tanaman
buncis ini, mula-mula adalah Inggris pada tahun 1594. Kemudian, menyebar ke
negara-negara lain seperti Afrika hingga ke Asia.
Penyebaran tanaman buncis di Indonesia belum diperoleh informasi
yang pasti, karena Indonesia sendiri adalah jalur perdagangan yang luas antar
dua Benua. Namun, daerah penanaman buncis pertama kali di Indonesia adalah
daera kota Batu (Bogor) kemudian menyebar lagi ke daerah-daerah sentra
sayur-sayuran yang ada di pulau Jawa.
B.
Saran
-
Petani maupun masyarakat diharapkan
dapat berwirausaha melalui budidaya tanaman buncis.
-
Mengusahakan budidaya buncis agar
komoditasnya tetap terjaga dan bisa berkelanjutan.
-
Dengan adanya makalah ini, kiranya dapat
memberi pengetahuan yang lebih luas lagi untuk budidaya tanaman buncis
Daftar
Pustaka
1.
Bahar, Y.H.,A. Andayani, D. Djuriah, Subhan, Y.D. Agustini, M. Tahir,
E.H.Suwarno, N Yosrini, P.
Suryani, A. Utomo, dan J. Waludin, “Standar Operasional (SOP) Buncis”, Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan
Biofarmatika, Direktorat Jendral Hortikultura,
jakarta : Kementrian Pertanian, 2010
2.
Rahmat
Rukmana, cetakan kedua tahun 1998, "Bertanam
Buncis", penerbit Kanisius
No comments:
Post a Comment