BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (Zea mayz L.)
Disusun
sebagai tugas mata kuliah Budidaya Tanaman Semusim
.
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
PGRI YOGYAKARTA
2014
1. Sistem
produksi tanaman
Jagung
(Zea mayz)
merupakan komoditas pangan sumber karbohidrat kedua setelah beras, sangat penting untuk ketahanan pangan. Jagung juga berperan penting dalam industri pakan ternak dan industri pangan. Dalam kurun lima tahun terakhir, kebutuhan jagung nasional untuk bahan industri pakan, makanan dan minuman meningkat ±10%-15%/tahun.
merupakan komoditas pangan sumber karbohidrat kedua setelah beras, sangat penting untuk ketahanan pangan. Jagung juga berperan penting dalam industri pakan ternak dan industri pangan. Dalam kurun lima tahun terakhir, kebutuhan jagung nasional untuk bahan industri pakan, makanan dan minuman meningkat ±10%-15%/tahun.
Pengembangan
jagung diarahkan untuk mewujudkan Indonesia menjadi produsen jagung yang
tangguh dan mandiri pada tahun 2025 dengan ciri-ciri produksi yang cukup dan
efisien, kualitas dan nilai tambah yang berdaya saing, penguasaan pasar yang
luas, meluasnya peran stakeholder, serta adanya dukungan pemerintah yang
kondusif. Dalam periode 2005-2025, produksi jagung nasional diproyeksikan
rata-rata tumbuh sebesar 4,26%. (deptan.)
Kondisi
di atas menggambarkan bahwa komoditi jagung mempunyai peluang yang sangat besar
untuk dikembangkan melalui agribisnis.
Jagung
merupakan tanaman semusim. Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.
Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua
untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi.
Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian 1 m sampai 3 m, ada varietas yang
dapat mencapai tinggi 6 m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah
hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun ada yang dapat menghasilkan
anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Bunga
betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah
dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik. Sebagai
anggota monokotil, jagung berakar serabut yang dapat mencapai kedalaman 80 cm
meskipun sebagian besar berada pada kisaran 20 cm. Tanaman yang sudah cukup
dewasa memunculkan akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang
membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung tegak dan mudah terlihat,
sebagaimana pada sorgum dan tebu. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh
pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batangnya beruas-ruas. Ruas terbungkus
pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak
banyak mengandung zat kayu (lignin).
Daun
jagung merupakan daun sempurna, memiliki pelepah, tangkai, dan helai daun.
Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat lidah-lidah
(ligula). Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang
licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas
dimiliki Poaceae (suku rumput-rumputan). Setiap stoma dikelilingi sel-sel
epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman
menanggapi defisit air pada sel-sel daun. Jika tanaman mengalami kekeringan,
sel-sel kipas akan mengerut, menutup lubang stomata, dan membuat daun melipat
ke bawah sehingga mengurangi transpirasi. Susunan bunga jagung adalah diklin:
memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah dalam satu tanaman
(berumah satu atau monoecious). Bunga tersusun majemuk, bunga jantan tersusun
dalam bentuk malai, sedangkan betina dalam bentuk tongkol. Pada jagung, kuntum
bunga (floret) tersusun berpasangan yang dibatasi oleh sepasang glumae
(tunggal: gluma). Rangkaian bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman.
Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma wangi yang khas. Bunga betina tersusun
dalam tongkol. Tangkai tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah
daun.
Pada
umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif yang
memiliki puluhan sampai ratusan bunga betina. Beberapa kultivar unggul dapat
menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai jagung
prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih
dini daripada bunga betinanya.
Berikut
ini klasifikasi tanaman jagung.
Klasifikasi
ilmiah
Kerajaan: Plantae
(tidak termasuk) Monocots
(tidak termasuk) Commelinids
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Zea
Spesies: Z.
mays
Nama binomial : Zea mays ssp. Mays L.
Jagung
banyak diolah dalam bentuk tepung, makanan ringan atau digunakan untuk bahan
baku pakan ternak. Hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk
keperluan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Sejalan dengan
perkembangan industri pengolah jagung dan perkembangan sektor
peternakan, permintaan akan jagung cenderung semakin meningkat. Sebagai
daerah yang paling dengan pusat pelayanan (ibu kota Propinsi Jawa Barat),
pengembangan jagung di Kabupaten Sumedang memiliki keunggulan komparatif dibanding
daerah lain karena proses produksi dan distribusi hasil dapat dikembangkan
lebih efisien.
Tanaman
jagung ditanam pada daerah iklim sedang hingga daerah beriklim basah. Pada
lahan tidak beririgasi, curah hujan ideal 85-200 mm/bulan dan harus merata.
Suhu 21-340 C, optimum 23-270 C. Perkecambahan benih
memerlukan suhu ± 300 C dan sinar matahari cukup dan tidak ternaungi
oleh tanaman lain.
Tanaman
jagung sangat menghendaki Tanah gembur,
subur dan kaya humus. Jenis tanah: andosol, latosol, grumosol, dan tanah
berpasir. Tanah grumosol memerlukan pengolahan tanah yang baik. Tanah
terbaik bertekstur lempung/liat berdebu, aerasi dan ketersediaan air dalam
kondisi baik. pH tanah 5,6 - 7,5 dengan Kemiringan lahan ≤ 8%, lahan miring > 8%, perlu di teras. Tinggi
tempat 1.000-1800 m dpl, optimum 0-600 m dpl.
2. bahan
tanam
Bahan
yang digunakan untuk menanam jagung berupa biji jaugung yang berkualitas
ada 3 cara mendapat kan benih yang
berkualitas
1. Persyaratan Benih
Persyaratan
benih harus utama agar mendapat hasil yang maksimal ciri-ciri benih bermutu
tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologinya. Berasal dari varietas
unggul (daya tumbuh besar, murni, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama
dan penyakit). Benih yang terjamin adalah benih bersertifikat.
Jagung
hibrida berpotensi produksi tinggi, namun mempunyai kelemahan yaitu harga benih
lebih mahal, dapat digunakan maksimal 2 kali turunan. Beberapa varietas unggul
jagung seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel
1. Beberapa Contoh Varietas Jagung Hibrida
Varietas
|
Umur
|
Potensi Hasil
|
Rata- rata Hasil
|
(Ton/ha)
|
(Ton/ha)
|
||
C6
|
98-105
|
-
|
10-10,3
|
C7
|
95-105
|
10-12,4
|
8,1
|
Pioneer 13
|
90-115
|
10—11
|
8,027
|
Pioneer 14
|
89-112
|
10—11
|
7,578
|
CPI -1
|
97
|
-
|
6,2
|
CPI -2
|
97
|
8—9
|
6,2
|
IPB 4
|
100-105
|
-
|
6,6
|
Semar 3
|
91
|
-
|
5 - 6,1
|
Semar 4
|
94
|
8—9
|
5,3
|
3. Penyiapan
Benih
Benih
jagung dapat diperoleh dari penanaman sendiri, dari jagung yang tumbuh sehat dari
tanaman terpilih, diambil jagung yang tongkolnya besar, barisan biji lurus dan
penuh tertutup rapat oleh klobot, dan tidak terserang oleh hama penyakit. Tongkol
dipetik setelah lewat fase matang fisiologi dengan ciri: biji mengeras dan
sebagian besar daun menguning.
Tongkol
dikupas dan dikeringkan, bila benih akan disimpan dalam jangka lama, setelah
dikeringkan tongkol dibungkus dan disimpan di tempat kering. Dari tongkol
kering, diambil biji bagian tengah. Biji di bagian ujung dan pangkal tidak
digunakan sebagai benih. Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Benih yang
dibutuhkan adalah sebanyak 20-30 kg/ha.
3.Perlakuan
Benih
Sebelum
benih ditanam, sebaiknya dicampur dengan fungisida, terutama apabila diduga
akan ada serangan jamur. Bila diduga akan ada serangan lalat bibit dan ulat
agrotis, sebaiknya benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan
insektisida butiran dan sistemik.
4. pengolahan
media tanam
Pengolahan
tanah bekas pertanaman padi dilaksanakan setelah membabad jermi. Jerami dapat
digunakan sebagai mulsa/penutup tanah setelah jagung ditanam. Kegunaan mulsa
yaitu mengurangi penguapan tanah, menghambat pertumbuhan gulma, menahan pukulan
air hujan dan lama kelamaan mulsa menjadi pupuk hijau. Pengolahan tanah pada
lahan kering cukup sampai dengan kedalaman 10 cm dan semua limbah digunakan
sebagai mulsa.
Pada
saat pengolahan tanah setiap 3 m perlu disiapkan saluran air sedalam 20 cm dan
lebar 30 cm yang berfungsi untuk memasukkan air pada saat kekurangan air dan
pembuangan air pada saat air berlebih.
Tanah
dengan pH kurang dari 5,0, harus dikapur 1 bulan sebelum tanam. Jumlah kapur
yang diberikan 1-3 ton/ha untuk 2-3 tahun disebar merata atau pada barisan
tanaman, Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara
disebar pada barisan tanaman atau menggunakan mineral zeolit dengan dosis
sesuai dengan petunjuk produsen.
1. Minimum Tillage (pengolahan seadanya)
Pada
lahan-lahan yang peka terhadap erosi, budidaya jagung perlu diikuti dengan
usaha-usaha konservasi seperti penggunaan mulsa dan sedikit mungkin pengolahan
tanah. Bila waktu tanam mendesak, pengolahan tanah dapat dilakukan hanya pada
barisan tanaman saja, selebar 60 cm dengan kedalaman 15 – 20 cm
2. Zero
Tillage (tanpa pengolahan tanah)
Pemberantasan
gulma menggunakan herbisida 2-3 lt/ha. Tanah dicangkul hanya untuk lubang
tanaman.
5. penanaman
Penanaman
tidak melalaui proses penyemaian, namun tanaman jagung langsung ditanam di
lahan dengan cara ditugal ada beberapa keteria dalam penanaman yaitu :
1) Penentuan
Pola Tanaman
-
Tumpang sari (Intercropping); Penanaman
lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda).
-
Tumpang gilir (Multiple Cropping),
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor
lain untuk mendapat keuntungan maksimum.
-
Tanaman bersisipan (Relay Cropping):
dengan cara menyisipkan satu/beberapa jenis tanaman selain jagung. Misalnya
waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
-
Tanaman Campuran (Mixed Cropping):
penanaman terdiri atas beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam
maupun larikannya. Pada pola ini lahan efisien, tetapi riskan terhadap hama dan
penyakit.
2)
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang
tanam dibuat dengan tugal sedalam 3-5 cm, tiap lubang diisi 1 butir benih.
Jarak tanam disesuaikan dengan umur panen. Jagung berumur ≥100 hari jarak tanam
40 x 100 cm (2 tanaman /lubang). jagung.berumur 80-100 hari, jarak tanamnya 25
x 75 cm (1 tanaman/lubang). Sedangkan jagung. berumur < 80 hari, jarak tanam
20 x 50 cm (1 tanaman/lubang).
Tabel
2. Jarak tanam dan Populasi Jagung Per Hektar
Varietas
|
Jarak tanam
|
Populasi
|
(cm x cm)
|
(Tanaman/Ha)
|
|
Umur dalam
|
100 x (40-50)
|
40.000 – 50.000
|
(>100 hari)
|
||
Umur tengah
|
75 x (40-50)
|
53.000 - 66.000
|
(90-100 hari)
|
||
Umur genjah
|
50 x (20-25)
|
80.000 – 100.000
|
(80-90 hari)
|
3)
Cara Penanaman
Saat
tanam tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering,
perlu diairi, kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun. Jumlah benih
per lubang tergantung keinginan, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka
benih yang dimasukkan 3 biji/lubang, bila dikehendaki 1 tanaman/lubang, maka
benih yang dimasukkan 2 biji/lubang.
Jumlah
kebutuhan benih per hektar dengan beberapa alternatif jarak tanam dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel
3 Jarak Tanam dan Kebutuhan Benih Jagung
Jarak tanam
|
Non Hibrida
|
Hibrida
|
(cm)
|
(kg/ha)
|
(kg/ha)
|
100 x 40
|
22,5
|
-
|
75 x 25
|
32
|
20
|
75 x 40
|
-
|
30 – 40
|
75 x 20
|
40
|
-
|
50 x 20
|
60
|
-
|
Sumber
: Deptan.
4)
Lain-lain
Di
lahan irigasi jagung ditanam pada musim kemarau. Di sawah tadah hujan ditanam
pada akhir musim hujan. Di lahan kering ditanam pada awal musim hujan dan akhir
musim hujan.
6. pemeliharaan
tanaman
1)
Penjarangan dan Penyulaman
Apabila
dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman dan hanya dikehendaki 2 atau 1, tanaman yang
tumbuh paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat
di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh
dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain. Benih yang tidak tumbuh/mati
perlu disulam, kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Penyulaman
menggunakan benih dari jenis yang sama.
2)
Penyiangan
Penyiangan
dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman muda menggunakan tangan,
cangkul kecil, garpu. Penyiangan harus hati-hati agar tidak mengganggu
perakaran yang belum kuat mencengkeram tanah.
3)
Pembumbunan
Pembumbunan
bersamaan dengan penyiangan dan pemupukan pada umur 6 minggu. Tanah di kanan
dan kiri barisan jagung diurug dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan
tanaman, membentuk guludan memanjang. Pembubunan juga dilakukan bersamaan
penyiangan kedua.
4)
Pemupukan
Pemupukan
perlu memperhatikan jenis, dosis, waktu dan cara pemberian pupuk. Pada umumnya
varietas unggul lebih banyak memerlukan pupuk dibandingkan dengan varietas
lokal. Pemupukan pada tanaman jagung disajikan pada tabel 4.
Tabel
4 Dosis dan Waktu Pemberian Pupuk pada Tanaman Jagung
Jenis
|
Dosis
|
Waktu pemberian
|
|||
No
|
Dasar
|
21 HST
|
35 HST
|
||
(kg/ha)
|
(kg/ha)
|
(kg/ha)
|
(kg/ha)
|
||
1
|
Non Hibrida
|
||||
urea
|
200
|
83,33
|
166,67
|
-
|
|
TSP/SP-36
|
75-100
|
75-100
|
-
|
-
|
|
KCL
|
50
|
50
|
-
|
-
|
|
2
|
Hibrida
|
||||
urea
|
300
|
100
|
100
|
100
|
|
TSP/SP-36
|
100
|
100
|
-
|
-
|
|
KCL
|
50
|
50
|
-
|
-
|
Sumber
: Deptan.
Pertanaman
jagung perlu dipupuk dengan pupuk organik 15.000-20.000kg/ha disebar merata
saat pengolahan tanah atau disebar dalam larikan dengan dosis 300 kg/ha.
Pupuk
buatan diberikan secara tugal/larikan sedalam ± 10 cm pada kedua sisi
tanaman dengan jarak 7 cm. Pada jarak tanam yang rapat pupuk dapat diberikan di
dalam larikan yang dibuat di kiri kanan barisan tanaman
5)
Pengairan dan Penyiraman
Setelah
benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah
lembab. Pengairan diperlukan pada saat pembentukan malai dan tongkol. Pemberian
air pada pertanaman jagung cukup sampai tingkat kapasitas lapang atau tidak
sampai tergenang.
Pertanaman
jagung yang terlalu kering dapat diairi melalui saluran pemasukan air. Air yang
diberikan cukup hanya menggenangi selokan yang ada, dibiarkan satu malam dan
pada pagi harinya sisa air dibuang.
HAMA DAN PENYAKIT
1.
Hama
a)
Lalat bibit (Atherigona exigua Stein):
Gejala:
daun kekuning-kuningan; di sekitar bagian terserang terjadi pembusukan,
akhirnya tanaman layu, pertumbuhan kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit
dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan dan
bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang
lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan pergiliran tanaman;
(2) tanaman terserang dicabut dan dimusnahkan, agar hama tidak menyebar; (3)
kebersihan areal dijaga dan diperhatikan terutama dari tanaman inang; (4)
pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida efektif.
b)
Ulat pemotong
Gejala:
tanaman terserang terpotong beberapa sentimeter di atas permukaan tanah
ditandai dengan bekas gigitan pada batang, akibatnya tanaman jagung muda roboh
di atas tanah. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis sp. (A.
ipsilon); Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan
penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) tanam serentak
pada areal yang luas dan pergiliran tanaman; (2) mencari dan membunuh ulat yang
biasanya terdapat di dalam tanah; (3) sebelum lahan ditanami jagung, disemprot
dengan insektisida.
6.2.
Penyakit
a)
Penyakit bulai (Downy mildew):
Penyebab:
cendawan Peronosclerospora maydis dan P. spora javanica serta P. spora
philippinensis. merajalela pada suhu diatas 270 C dan udara lembab.
Gejala: (1) pada tanaman berumur 2-3 minggu, daun runcing, kecil, kaku dan
pertumbuhan terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora
cendawan warna putih; (2) pada tanaman berumur 3-5 minggu, tanaman terserang
mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dimulai dari bagian pangkal
daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat
garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman awal musim
hujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas unggul;
(3) tanaman terserang, kemudian dimusnahkan.
b)
Penyakit bercak daun (Leaf bligh).
Penyebab:
cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang
dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan
meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah,
kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning- kuningan, kemudian berubah
menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat.
Pengendalian: (1) pergiliran tanaman guna menekan meluasnya cendawan; (2)
mekanis dengan mengatur kelembaban lahan agar kondisi lahan tidak lembab; (3)
kimiawi dengan fungisida.
c)
Penyakit karat (Rust) ;
Penyebab:
cendawan Puccinia sorghi Schw dan Puccinia polypora Underw. Gejala: pada
tanaman dewasa yaitu pada daun yang sudah tua terdapat titik-titik noda yang
berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk yang berwarna
kuning kecoklatan, serbuk cendawan kemudian berkembang dan memanjang, akhirnya
karat dapat berubah menjadi bermacam-macam bentuk. Pengendalian: (1) mengatur
kelembaban pada areal tanam; (2) menanam varietas tahan; (3) melakukan sanitasi
(4) kimiawi menggunakan pestisida seperti pada penyakit bulai dan bercak daun.
d)
Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut);
Penyebab:
cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw,
Uredo maydis DC. Gejala: pada tongkol ditandai dengan masuknya cendawan ini ke
dalam biji sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall),
pembengkakan ini menyebabkan pembungkus terdesak hingga pembungkus rusak dan
kelenjar keluar dari pembungkus dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur
kelembaban areal pertanaman jagung dengan cara pengeringan dan irigasi; (2)
memotong bagian tanaman kemudian dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur
dengan fungisida secara merata.
e)
Penyakit busuk tongkol dan busuk biji;
Penyebab:
cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw),
Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui
setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau
merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang.
Pengendalian: (1) menanam jagung varietas unggul, dilakukan pergiliran tanam,
mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) penyemprotan dengan fungisida
setelah ditemukan gejala serangan.
7. Panen
dan pasca panen
1.
Panen
1.
Ciri dan Umur Panen
Umur
panen jagung tergantung pada varietas yang ditanam, tetapi biasanya 2 bulan
setelah 50% keluar rambut. Ciri tanaman jagung yang siap dipanen adalah:
-
Klobot kering berwarna kuning
-
Bila dikupas biji mengkilap.
-
Bila biji ditekan dengan kuku tidak berbekas.
-
Terdapat bintik hitam pada bagian biji yang melekat pada tongkol
7.2.
Cara Panen
-
Sebelum dipanen dapat dilakukan pemangkasan batang bagian atas untuk menurunkan
kadar air tonggol disertai dengan pengupasan klobot sebagian atau seluruhnya
-
Cara panen dengan memutar tongkol berikut kelobotnya, atau dengan mematahkan
tangkai buah. Pada lahan yang luas dan rata bisa menggunakan alat mesin
pemetikan.
2.
Pascapanen
1.
Pengupasan
Jagung
dikupas pada saat masih menempel di batang atau setelah di petik. Pengupasan
dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat diturunkan dan
kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan atau mengakibatkan
tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan
selama proses pengeringan.
2.
Pengeringan
Pengeringan
jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara tradisional jagung
dijemur di bawah sinar matahari sampai kadar air 9–11%. Penjemuran memakan
waktu ± 7-8 hari. Penjemuran dapat dilakukan di lantai, dengan alas anyaman
bambu atau dengan cara diikat dan digantung.
Pengeringan
buatan pada musim hujan dilakukan dengan mesin pengering, Suhu pengeringan
38-430 C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13%. Penundaan waktu pengeringan
selama 2 hari dapat meningkatkan kontaminasi Aspergilus flavus yang dapat
meningkatkan alfa toxin yang dapat meracuni manusia dan hewan.dari 14 pbb
menjadi 94 pbb (ambang batas Aspergilus flavus menurut FAO 30 (pbb).
3.
Pemipilan
Setelah
dijemur sampai kering jagung dipipil menggunakan tangan atau alat pemipil bila
jumlah produksi cukup besar. Untuk memudahkan pekerjaan pemipilan dilakukan
pada tongkol kering dan kadar air bji 18%-20%.
4.
Penyimpanan
a)
Tempat Penyimpanan
-
Letak gudang strategis, arah bangunan membujur dari barat ke timur sehingga
luas dinding yang tertimpa sinar dapat dikurangi dan gudang tetap dalam kondisi
dingin.
-
Guna menghindari serangan hama, gudang dibersihkan. Kontruksi gudang perlu
diperhatikan dari kemungkinan kebocoran, sirkulasi udara yang cukup dan
keamanan.
-
Ventilasi gudang harus cukup sehingga suhu dalam tetap stabil dan merata.
-
Tempat penyimpanan berlantai dilengkapi lantai palsu dengan tinggi minimal 15
cm, sehingga jagung tidak kontak langsung dengan lantai.
-
Hindari celah pada dinding yang dapat dijadikan persembunyian hama.
-
Sekeliling gudang bersih dari semak agar tidak dimanfaatkan tikus untuk
memanjat, dan gudang tidak lembab.
b)
Penyimpanan untuk benih :
-
Bentuk tongkol berkelobot, jagung di gantung di para-para dengan pengasapan
tiap hari.
-
Bentuk pipilan, setelah dicampur dengan abu kering, biji bungkus rapat-rapat
dengan plastik kedap udara, kemudian simpan dalam wadah dan ditutup. Wadah
dapat berupa semacam silo kayu atau drum. Jika kadar air biji 10%, maka
campuran abu tidak diperlukan.
c)
Penyimpanan untuk konsumsi :
Untuk
bentuk pipilan dengan kadar air 12%, jagung dibungkus secara rapat dengan
plastik kedap udara atau kaleng, atau dibungkus dengan plastik dilapisi karung
dan disimpan dalam tempat bersih dan kering.
5.
Pewadahan
a)
Tujuan
-
Memudahkan penanganan (pemindahan dan penyimpanan)
-
Perlindungan dari cuaca diharapkan pengemasan dapat melindungi biji jagung dari
cuaca luar yang merugikan misalnya kelembaban udara yang tinggi, bocoran hujan
dll
-
Perlindungan dari gangguan hama selama penyimpanan
-
Perlindungan dari gangguan cendawan
b)
Bahan kemasan yang dapat digunakan; kantung plastik, kertas, karung, atau wadah
yang kaku.
-
Bahan pengemasan sebaiknya dapat ditembus udara sehingga kebutuhan udara biji
dapat dipenuhi dan kelebihan asam dapat dibuang
-
Mudah didapat dan relatif murah
-
Dapat digunakan berulang ulang
-
Dapat menghemat ruangan
6.
Penyortiran dan Penggolongan
Setelah
dipipil, biji jagung dipisahkan dari sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah,
biji hampa, dan kotoran Tindakan ini sangat bermanfaat untuk
menghindari/menekan serangan jamur dan hama selama dalam penyimpanan.
Bahan
benih membutuhkan keseragaman bentuk dan ukuran biji, sehingga pemisahan sangat
penting. Ada berbagai cara membersihkan atau memisahan jagung dari campuran
kotoran namun demikian pemisahan dengan cara ditampi akan mendapatkan hasil
yang baik.
Sumber
:
Aak. (2012). Teknik Bercocok Tanam Jagung. Jakarta:
Kanisius.
Anonim. (2014, Oktober 12). Jagung. p.
http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung.
Deptan. (2014, Oktober 12). Budidaya Tanaman Jagung.
pp.
http://a289431visidanmisi.blogspot.sg/2012/02/budidaya-tanaman-jagung.html.
Suwito, P. (2007). bercocok tanaman jagung.
Jakarta: Azka mulia Media.
Lampiran
: gambar-gambar







No comments:
Post a Comment