\

newnavbar

Wednesday, 25 March 2015

LAPORAN PRAKTIKUM ACARA IV PENGUKURAN TRANSPIRASI SECARA KUANTITATIF







PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2014
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
ACARA IV
PENGUKURAN TRANSPIRASI SECARA KUANTITATIF


Semester : 5                                         Tahun : 2014


Nama 1. Yohanes Sulistyo     N         (12122100001)
           2. Sabki                                   (12122100002)
           3. Endong S Adnan                (12122100013)
          

Tanggal praktikum : 06-09 Desember 2014.




Yogyakarta, 10 Desember 2014
Praktikan :                             


1.             Yohanes Sulistyo  N    (                                   )

2.             Sabki                           (                                   )

3.               Endong S. Adnan       (                                   )





A.    TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui laju transpirasi.

B.     DASAR TEORI
Sebatang tumbuhan yang tumbuh di tanah dapat dibayangkan sebagai dua buah sistem percabangan, satu di bawah dan satu di atas permukaan tanah. Kedua sistem ini dihubungkan oleh sebuah sumbu utama yang sebagian besar terdapat di atas tanah. Sistem yang berada di dalam tanah terdiri atas akar yang bercabang-cabang menempati hemisfer tanah yang besar. Akar-akar terkecil terutama yang menempati bagian luar hemisfer tersebut. Sistem yang terdapat di atas permukaan tanah mencakup suatu hemisfer serupa, dengan permukaan yang ditempati oleh cabang-cabang kecil berdaun lebat. Secara kolektif akar-akar kecil membentuk permukaan luas yang berhubungan dengan tanah, dan sama halnya dengan daun-daun yang juga membentuk permukaan luas yang berhubungan dengan udara.
Dalam keadaan normal, sel-sel bergbagai akar dikelilingi oleh larutan tanah yang mempunyai tekanan osmosis umumnya di bawah −2 bar (atmosfer), dan sering kali hampir nol, sedangkan sel-sel daun dan bagian-bagian lain yang berada di atas tanah dikelilingi oleh udara tak jenuh yang kemampuan menyerap airnya beberapa bar. Karena sumbu yang menghubungkan akar dan daun memungkinkan air mengalir dengan tahanan yang wajar, maka tidak dapat dielakkan lagi bahwa air akan mengalir sepanjang gradasi tekanan air yang membentang dari tanah ke udara dalam tubuh tumbuhan. Oleh karena itu seluruh tumbuhan dapat dibandingkan dengan sebuah sumbu lampu, yang menyerap air dari tanah malalui akar, mengalirkannya melalui batang dan kemudian menguapkannya ke udara dari daun-daun (Loveless, 1991).
Meskipun air merupakan penyusun utama tubuh tumbuhan namun sebagian besar air yang diserap akan dilepaskan kembali ke atmosfer dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk proses metabolisme dan mengatur turgor sel. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan terjadi melalui proses transpirasi dan gutasi (Soedirokoesoemo, 1993).
Transpirasi adalah hilangnya air dari tubuh-tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata, kutikula atau lentisel (Soedirokoesoemo, 1993).
Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1) transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis; dan (2) transpirasi stomata, yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun (Loveless, 1991).
Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya. Bermacam cara untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan menggunakan metode penimbangan. Sehelai daun segar atau bahkan seluruh tumbuhan beserta potnya ditimbang. Setelah beberapa waktu yang ditentukan, ditimbang lagi. Selisih berat antara kedua penimbangan merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi. Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang terlepas, yaitu dengan cara menangkap uap air yang terlepas dengan dengan zat higroskopik yang telah diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan angka penunjuk besarnyatranspirasi(Soedirokoesoemo,1993).
Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar kelangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin (Anonim, 2009).
Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan tumbuhan, karena kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan dapat kekurangan air. Bila kandungan air melampaui batas minimum dapat menyebabkan kematian. Transpirasi yang besar juga memaksa tumbuhan mengedakan penyerapan banyak, untuk itu diperlukan energi yang tidak sedikit (Soedirokoesoemo, 1993).
Setiap tanaman pada umumnya memiliki daun dan pada tanaman yang memiliki daun akan mengalami proses transpirasi. Transpirasi pada tanaman dapat terjadi pada siang hari ataupun malam hari. Transpirasi pada tanaman yang diletakkan di dalam ruangan dan di luar ruangan akan mengalami perbedaan pada tanaman yang di luar ruangan dengan suhu tinggi akan mengalami transpirasi yang lebih cepat dibandingkan tanaman yang berada di luar ruangan. Transpirasi sangat membantu mempercepat tanaman dalam proses pengangkutan unsur hara dan air (Anonim,2009).
Transpirasi dipepengruhi oleh banyak faktor baik faktor-faktor dalam maupun faktor-faktor luar. Yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam adalah: besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu di permukaan daun, Banyak sedikitnya stomata, Bentuk dan lokasi stomata. Sedangkan Faktor-faktor luar yang mempengaruhi transpirasi: Sinar matahari (Sinar menyebabkan membukanya stomata dan gelap menyebabkan menutupnya stomata jadi banyak sinar mempercepat transpirasi), temperatur ( pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain yaitu di dalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air diluar daun, kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun), kelembaban udara, angin, keadaan air di dalam tanah (Anonim, 2009).
Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu system atau bagian system. Dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial kimia air murni (juga dalam satuan tekanan) pada tekanan atmosfer dan pada suhu serta ketinggian yang sama potensial murni ditentukan sama dengan nol. Faktor-faktor penghasil gradient yaitu konsentrasi atau aktifitas, suhu, tekanan, efek larutan terhadap potensial kimia pelarut, matriks. Maka dapat diartikan bahwa dinding sel atau membrane protoplasma adalah merupakan membrane pembatas antara zat yang berdifusi karena pada umumnya sel tumbuh-tumbuhan tinggi mempunyai dinding sel maka sebagian besar proses fitokimia dalam tumbuh-tumbuhan adalah merupakan proses osmose (Retno, 2009).
Besar jumlah potensial air pada tumbuhan dipengaruhi oleh empat macam komponen potensial, yaitu gravitasi, matriks, osmotic dan tekanan. Potensial gravitasi bergantung pada air didalam daerah gravitasi . potensial matriks bergantung pada kekuatan mengikat air saat penyerapan. Potensial osmotic bergantung pada hidrostatik atau tekanan angin dalam air (Anonim, 2008).
Proses penyerapan cairan pada biji (imbibisi) terjadi melalui mikropil. Air yang masuk ke dalam kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut pada akhirnya menyebabkan pecahnya testa. Awal perkembangan di dahului aktifnya enzim hidrolase (protease, lipase, dan karbohidrase) dan hormone pada kotiledon atau endosperma oleh adanya air. Enzim protease segera bekerja mengubah molekul protein menjadi asam amino. Asam amino digunakan untuk membuat molekul protein baru bagi membran sel dan sitoplasma. Timbunan pati di uraikan menjadi maltosa kemudian menjadi glukosa. Sebagian glukosa akan diubah menjadi selulosa, yaitu bahan untuk membuat dinding sel bagi sel-sel yang baru. Bahan makanan terlarut berupa maltosa dan asam amino akan berdifusi ke embrio. Semua proses tersebut memerlukan energi. Biji memperoleh energi melalui pemecahan glukosa saat proses respirasi. Pemecahan glukosa yang berasal dari timbunan pati menyebabkan biji kehilangan bobotnya. Setelah beberapa hari, plumula tumbuh di atas permukaan tanah. Daun pertama membuka dan mulai melakukan fotosintesis (Silvia, 2007).
Walaupun tidak ada ketentuan umum tentang mekanisme membukanya stomata, akan tetapi kebanyakan teori menganggap bahwa mekanisme ini melibatkan mekanisme turgor (Pandey dan Sinha, 1983).
Stomata akan membuka jika kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air ke dalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air dari satu sel ke sel lainnya akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggi ke sel ke potensi air lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel akan tergantung pada jumlah bahan yang terlarut (solute) di dalam cairan sel tersebut. Semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi osmotic sel akan semakin rendah. Dengan demikian, jika tekanan turgor sel tersebut tetap, maka secara keseluruhan potensi air sel akan menurun. Untuk memacu agar air masuk ke sel penjaga, maka jumlah bahan yang terlarut di dalam sel tersebut harus ditingkatkan (Lakitan, 1993).
Stomata membuka karena sel penjaga mengambil air dan menggembung dimana sel penjaga yang menggembung akan mendorong dinding bagian dalam stomata hingga merapat. Stomata bekerja dengan caranya sendiri karena sifat khusus yang terletak pada anatomi submikroskopik dinding selnya (Lukyati, 1999).
Stomata akan membuka jika kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air ke dalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air dari satu sel ke sel lainnya akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggi ke sel ke potensi air lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel akan tergantung pada jumlah bahan yang terlarut (solute) didalam cairan sel tersebut. Semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi osmotic sel akan semakin rendah. Dengan demikian, jika tekanan turgor sel tersebut tetap, maka secara keseluruhan potensi air sel akan menurun. Untuk memacu agar air masuk ke sel penjaga, maka jumlah bahan yang terlarut di dalam sel tersebut harus ditingkatkan (Lakitan,1993).
Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalam tumbuhan, menyerap cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Terdapat dalam kloroplas dan memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energi untuk reaksi-reaksi cahaya dalam proses fotosintesis. Klorofil A merupakan salah satu bentuk klorofil yang terdapat pada semua tumbuhan autotrof. Klorofil B terdapat pada ganggang hijau chlorophyta dan tumbuhan darat. Klorofil C terdapat pada ganggang coklat Phaeophyta serta diatome Bacillariophyta. Klorofil d terdapat pada ganggang merah Rhadophyta (Anonim, 2009)
Pigmen adalah zat yang terdapat di permukaan suatu benda sehingga bila disinari dengan cahaya putih sempurna akan memberikan sensasi warna tertentu yang mampu ditangkap mata. Fungsi pigmen bagi tumbuhan bermacam-macam. Pigmen pada bunga berfungsi untuk menarik perhatian penyerbuknya selain dengan aromanya. Zat hijau daun atau klorofil berfungsi menangkap energi cahaya dan mengkonversinya menjadi energi kimia (Anonim, 2009).
Pigmen adalah zat yang terdapat di permukaan suatu benda sehingga bila disinari dengan cahaya putih sempurna akan memberikan sensasi warna tertentu yang mampu ditangkap mata. Fungsi pigmen bagi tumbuhan bermacam-macam. Pigmen pada bunga berfungsi untuk menarik perhatian penyerbuknya selain dengan aromanya. Zat hijau daun atau klorofil berfungsi menangkap energi cahaya dan mengkonversinya menjadi energi kimia (Anonim, 2009)

C.    BAHAN DAN ALAT
Bahan-bahan dan peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.         Gelas ukur
2.         Timbangan

D.    CARA KERJA
1.    Siapkan sejumlah botol yang volumenya kira-kira 300 ml. isilah masing-masing botol dengan air. Masukkan pada tiap botol potongan pucuk batang tanaman tertentu dan kemudian tutuplah dengan rapat dengan menggunakan plastik dan dijaga. Sehingga tidak memungkinkan terjadinya evaporasi. Timbanglah masing-masing botol tersebut pada tempat dengan keadaan yang berbeda-beda.
2.    Pada waktu-waktu tertentu dilakukan penimbangan pada botol-botol tersebut. Catat hasil penimbangan.






E.     DATA HASIL PENGAMATAN
Tabel 1.  perlakuan di tempat terang
No.
Berat botol
Berat botol pada penimbangan pada interval tertentu
Banyaknya air yang ditranspirasikan dalam waktu
Hari 1
172,13
172,22
0,09
Hari 2
172,22
172,87
0,65
Hari 3
172,87
173,44
0,57

Tabel 2.  Pelakuan ditempat gelap
No.
Berat botol
Berat botol pada penimbangan pada interval tertentu
Banyaknya air yang ditranspirasikan dalam waktu
Hari 1
172,13
172,12
-0,01
Hari 2
172,12
171,48
-0,64
Hari 3
171,48
171,22
-0,26

F.     PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Pada hasil percobaan diketahui bahwa apabila dirata-rata, laju transpirasi di tempat yang terang dan gelap hanya dilakukan pada waktu yang intervalnya pendek. Hal ini terjadi karena peningkatan intensitas cahaya meningkatkan laju transpirasi. Tingkat transpirasi meningkat terutama melalui peningkatan suhu serta cahaya.


Stomata pada kebanyakan tanaman terbuka pada kondisi terang dan tertutup dalam gelap. Pada kondisi terang diperkirakan bahwa ion kalium dan klorida masuk ke dalam sel penjaga, menurunkan potensial air mereka sehingga menyebabkan air masuk melalui osmosis (Toole, 1999). Transpirasi merupakan penguapan air. Kondisi yang panas meningkatkan energi dari partikel air jadi mereka menguap dengan cepat (Lakin & Patefield, 2002). Laju transpirasi tanaman pada daerah terang terjadi penambahan berat botol yang diselang setiap satu jam ini terjadi adanya penyerapan yang dilakukan pucuk tanaman dalam menyerap air dan menyimpannya pada tanaman karna stomata membuka walau tidak sempurna yang terjadi pada kondisi terik. Dari tabel pengamatan setiap jam pengamatan ada penambahan berat 0,09 pada hari pertama yang mulanya hanya 172,13 dan terus meningkat pada hari ke 2 samapai hari ke 3 yang mencapai berat 173,44 atau bertambah sebanyak 0,57.
Pada kondisi terangmalah terjadi kebalikan yang terjadi pada kondisi terang berat botol berkurang. Berkurangnya berat botol diakibatkan tanaman tidak melakukan pembukaan stomata pada pucuk daun.

Hal ini terjadi akibat proses transpirasi yang dilakukan pucuk tanaman dalam botol-botol tersebut dan menyebabkan penurunan perubahan fisik yang menjadikan tanaman layu dan berwarna kecoklatan membusuk. Pada hasil pengamatan pada jam pertama berat botol berkurang 0,01 gram dari mulanya 172.13. dan penyusutan terus berlangsung hingga hari ke 3 dengan susutan yang mencapai 0,26 gram.


G.    KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, pucuk tanaman yang melakukan transpirasi di daerah yang mendapatkan cahaya akan lebih segar keadaanya dibanding dengan pucuk yang melakukan transpirasi di daerah yang tidak ada cahaya.apabila proses transpirasi tersebut berlangsung dengan bantuan cahaya matahari dan tekanan suhu maka menyebabkan volume air yang berada di dalam botol mengalami peningkatan serta tanaman akan tetap segar sekalipun oksigen yang di peroleh lebih sedikit karena terhalang oleh plastik. Dapat dilihat begitu pentingnya sinar matahari untuk proses transpirasi tumbuhan. Hal itu terlihat pada perlakuan botol 2 yang diletakkan pada daerah kurang cahaya yang menunjukan bahwa suhu yang tinggi menyebabkan pucuk layu ,daun menguning bahkan kecoklatan dan mulai membusuk.


























DAFATAR PUSTAKA

Yatno. 2001. Laporan Fisiologi Tumbuhan. http://yatnodoank.blogspot.com/2011/01/laporan-fisiologi-tumbuhan.html, diakses 3 desember 2014
Fitter. A. H. dan Hay, R. K. M. 1991, Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press.

Khairunnisa, L., 2000.Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air.Fakultas Pertanian USU : Medan.
Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Salisbury,F.B and C.W Ross.1997.Fisiologi Tumbuhan Jilid I. ITB Press : Bandung.

Tim Fisiologi Tumbuhan. 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi tumbuhan. Universitas Andalas: Padang.