\

newnavbar

Sunday 14 June 2015

Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila Merah


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila Merah
Nila merah (Oreochromis niloticus) didatangkan ke Indonesia  awal tahun
1981  oleh  Balai  Penelitian Perikanan  Air  Tawar (Santoso  2000).  Ikan  ini
kemungkinan merupakan hasil persilangan antara Oreochromis mossambicus atau
Oreochromis  niloticus  dengan  Orechromis  honorum,  Oreochromis  aureus,  atau
Oreochromis zilii (Amri dan Khairuman 2002).
Klasifikasi nila merah (Gambar 1)  menurut Amri dan Khairuman (2002)
adalah sebagai berikut:
Filum :  Chordata
Sub Filum:  Vertebrata
Kelas:  Ostheichthyes
Sub Kelas:  Acanthoptherigi
Ordo:  Percomorphi
Sub Ordo:  Percoidea
Famili:  Cichlidae
Genus:  Oreochromis
Spesies:  Oreochromis niloticus
Gambar 1.  Ikan Nila Merah
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Secara  umum,  bentuk  nila  merah  panjang  dan  ramping, dengan  sisik
berukuran  besar.  Matanya  besar  dan menonjol.  Gurat sisi  (Linea  lateralis)
terputus di bagian tengah badan kemudian berlanjut. Jumlah sisik pada gurat sisi
sebanyak 34 buah. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip dubur mempunyai jari-
jari lunak yang keras dan tajam seperti duri. Selain itu, terlihat adanya pola garis-
 


8
garis vertikal di sirip ekor ada enam buah dan di sirip punggung ada delapan buah.
Garis dengan pola yang sama (garis vertikal) juga terdapat di kedua sisi tubuh nila
merah dengan jumlah delapan buah (Amri dan Khairuman 2002).
Nila  merah memilik lima  buah  sirip,  yakni sirip  punggung  (dorsal fin),
sirip dada (pectoral  fin),  sirip perut (ventral fin),  sirip anus  (anal fin) dan sirip
ekor (caudal fin). Ada empat warna nila merah, yaitu oranye, pink/albino, albino
dengan  bercak  merah  dan  hitam,  serta oranye/albino  dengan  bercak  merah
(Iskandar 2003).
Nila memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan. Ikan ini hidup
di perairan tawar, seperti kolam, sawah, sungai, danau, waduk, situ, dan genangan
air lainnya. Nila juga masih dapat tumbuh di perairan payau pada salinitas 10-20
permil.  Ikan  ini  dapat tumbuh  dengan  baik  pada suhu  25-30 C  dan  pada masa
o
berpijah
membutuhkan
suhu
22
-27
o
C.
Nilai
pH
optimum
untuk
perkembangbiakan dan pertumbuhan nila adalah 7-8 (Rukmana 1997). Nila sangat
merespon terhadap pemeliharaan intensif, terutama faktor pemberian pakan dalam
jumlah  yang  memadai dan  kualitasnya  tinggi.  Nila  memiliki keunggulan  antara
lain pertumbuhan  relatif  cepat, mudah berkembang  biak, dan  daya  adaptasi
terhadap pertumbuhan lingkungan tinggi (Santoso 2000).
Nila bersifat omnivor yaitu jenis hewan yang memakan tumbuhan maupun
hewan lainnya. Pada stadium larva mempunyai kebiasaan makan di perairan yang
dangkal. Jenis makanan yang disukai larva yaitu zooplankton seperti zat-zat renik
yang  melayang  di air,  dan  udang-udang  kecil.  Pada  nila dewasa  umumnya
mencari makan di tempat yang lebih dalam. Jenis makanan yang disukai oleh nila
dewasa  adalah fitoplankton,  algae,  tumbuh-tumbuhan  air,  dan  organisme  renik
yang melayang di air (Rukmana 1997).
Di habitat alam, nila dapat memijah sepanjang tahun, tetapi paling banyak
pemijahan terjadi pada musim hujan. Daur hidup sejak telur sampai menjadi induk
berlangsung selama 5-6 bulan. Setiap tahun nila dapat berpijah 6-7 kali. Tempat
pemijahan  biasanya  berada di dasar  tanah,  sebagai  ciri terjadinya  perkawinan
 


9
terlihat cekungan  pada dasar  tempat untuk  menyimpan telur
dan  tempat
perkawinan (Rukmana 1997).
2.2 Probiotik (Kusuma Bioplus)
Probiotik berasal dari bahasa Yunani yang artinya untuk hidup. Probiotik
terdiri dari dua kata yaitu, pro yang berarti mendukung (lawan kata dari anti yang
berarti melawan)  dan  biotik yang  berarti lingkungan  hidup.  Istilah  ini  mulai
digunakan  sejak  tahun  1965  oleh  Willey dan  Stell  untuk  menjelaskan  suatu  zat
yang  diekresikan  oleh  mikroorganisme  yang  mampu  merangsang  pertumbuhan.
Menurut Fuller (1989) dalam Verschuere et al. (2000), probiotik diartikan sebagai
mikroorganisme hidup yang apabila dikonsumsi oleh inang (ternak, ikan maupun
manusia)  akan  memberikan  pengaruh yang  menguntungkan  baginya  dengan
memperbaiki lingkungan mikrobiota yang ada dalam sistem pencernaan. Sanders
dan  Gibson  (2006) dalam Farfanzar  (2009)  mendefinisikan  probiotik sebagai
mikroorganisme
hidup  yang  diberikan  dalam
jumlah  tertentu  dan  dapat
memberikan keuntungan bagi kesehatan inang. Menurut Verschuere et al. (2000)
menyatakan  bahwa probiotik dalam akuakultur  berarti  mikroba  hidup yang
memberikan  pengaruh  menguntungkan  pada inang,  menjamin  perbaikan  dalam
penggunaan  pakan
atau  meningkatkan  kualitas  lingkungannya
sedangkan
Aritonang  et  al. (2004),  menyatakan probiotik  sebagai kumpulan berbagai
mikroorganisme hidup  dan  non  patogen  yang  diberikan  pada hewan  untuk
menjaga
keseimbangan  mikroorganisme  dalam
saluran  pencernaan  dengan
mencegah tumbuhnya mikroorganisme patogen.
Kusuma Bioplus adalah probiotik komersil yang khusus digunakan untuk
ikan.  Probiotik ini
merupakan  pakan  tambahan  berupa mikroorganisme  hidup
(bakteri dan mikroba lain) yang bermanfaat dalam proses metabolisme pencernaan
ikan  dan  proses  bioremidiasi.  Penggunaan  melalui  pakan  dapat  meningkatkan
pertumbuhan  dan  bobot ikan,  menjaga stamina  ikan  sehingga  terhindar  dari
penyakit  serta menekan  tingkat kematian  benih ikan.  Bakteri  probiotik  yang
terkandung  di  dalamnya  terdiri  dari  campuran  kelompok
Bacillus
sp,
Lactobacillus sp, Pseudomonas sp, serta beberapa mikroba bermanfaat lainnya.
 


10 
Gambar 2.  Probiotik Kusuma Bioplus
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
2.3 Kelangsungan Hidup
Kelangsungan  hidup  (survival
rate)
adalah  perbandingan  jumlah
organisme  yang hidup pada akhir suatu periode dengan jumlah organisme yang
hidup pada awal periode. Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai parameter
untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk  hidup.  Parameter  untuk
mengetahui tingkat kelangsungan hidup suatu populasi ikan yaitu mortalitas ikan
(Effendie 1997).
Kelangsungan hidup sebagai salah satu parameter uji kualitas benih adalah
peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu, sedangkan mortalitas adalah
kematian  yang terjadi pada suatu  populasi  organisme  yang dapat  menyebabkan
turunnya jumlah populasi. Kelangsungan hidup akan menentukan produksi yang
diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran ikan yang dipelihara. Kelangsungan
hidup  benih  ditentukan  oleh  kualitas  induk,  kualitas  telur,  kualitas  air  serta
perbandingan  antara jumlah  pakan  dan  kepadatannya  (Effendie  1997).  Menurut
Zonneveld et al. (1991) kualitas air berupa parameter fisik dan kimia yang tidak
stabil  akan  mempengaruhi  kelangsungan  hidup  organisme
akuatik
dalam
melakukan aktivitas.
 


11
Penambahan  Bacillus sp.  meningkatkan  kelangsungan  hidup udang  pada
kolam,  menurunkan sejumlah  bakteri  patogen  Vibrio sp.  (Moriarty 1998  dalam
Gatesoupe 1999). Menurut Prihadi (2003) penggunaan bakteri Bacillus sp. dengan
kepadatan 10 -10 mampu menekan perkembangan bakteri Vibrio sp. di tambak,
4
5
walaupun sumber air yang masuk ke tambak tersebut banyak mengandung bakteri
Vibrio sp.
Hasil penelitian  Khattab  et al.  (2002) menunjukkan  kelangsungan  hidup
nila sebesar 95% setelah diberi pakan yang telah dicampur dengan Pseudomonas
sp.,  97,5  %  setelah  diberi pakan  dengan  campuran  Pseudomonas sp.  dan
Micrococcus  luteus, dan  100%  setelah  diberi pakan  yang  telah  dicampur
Micrococcus luteus.
2.4 Pertumbuhan
Pertumbuhan  dapat didefinisikan  sebagai pertambahan ukuran  panjang
atau  berat  dalam  suatu  waktu tertentu.  Pertumbuhan  ikan  disebabkan  oleh
perubahan  jaringan akibat pembelahan  mitosis  sel-sel  tubuh.  Pertumbuhan
dipengaruhi  oleh  dua faktor, yaitu  faktor  dalam  dan  faktor luar.  Faktor dalam
umumnya  adalah  faktor  yang  sukar  dikontrol  diantaranya adalah  keturunan,
kelamin, dan umur sedangkan faktor luar diantaranya adalah kondisi fisik-kimiawi
perairan dan makanan (Effendie 1997).
Pertumbuhan  ikan  dapat  dibedakan  menjadi dua,  yaitu  pertumbuhan
mutlak dan pertumbuhan relatif. Pertumbuhan mutlak adalah penambahan ukuran
baik
panjang,  berat
maupun
volume
dalam  waktu  tertentu.  Sedangkan
pertumbuhan relatif adalah perbedaan ukuran pada akhir interval dengan ukuran
awal
interval  dibagi
dengan  ukuran  pada
awal
interval  (Effendie
1997).
Pertambahan ukuran baik panjang atau bobot diukur dalam waktu tertentu dengan
selang waktu yang sama, yaitu satu minggu, sepuluh hari, dua minggu dan satu
bulan.  Pertumbuhan ikan  pada awal fase  hidupnya  mula-mula  berjalan  lambat
untuk sementara, tetapi kemudian pertumbuhan berjalan dengan cepat (autolitik).
Pertumbuhan akan kembali melambat pada umur tua (Effendie 1997).
 


12
Hubungan  antara pertambahan  panjang  dan  pertambahan  bobot  akan
menentukan  pola pertumbuhan  ikan.  Pola  pertumbuhan  ikan  ada dua  yaitu
pertumbuhan allometrik dan pertumbuhan isometrik. Pertumbuhan yang dikatakan
alometrik jika pertambahan bobot lebih kecil atau lebih besar dari pertambahan
panjang,  sedangkan  pertumbuhan  dikatakan  isometrik  jika  pertambahan  bobot
seimbang dengan pertambahan panjang (Effendie 1997).
Hasil penelitian Khattab  et al.  (2002)  menunjukkan bahwa  pertumbuhan
nila meningkat  setelah  diberi  pakan yang  telah  dicampur  dengan  Micrococcus
luteus dan  Pseudomonas sp.  masing-masing,  yaitu 1,61%  dan  1,34%.  Ikan  nila
yang diberi pakan dengan campuran bakteri Micrococcus luteus dan Pseudomonas
sp. menghasilkan pertumbuhan 1,47%.
2.5 Kualitas Air
Suhu merupakan salah satu parameter kualitas air yang sangat penting bagi
ikan  dan  hewan  air lainnya. Suhu  yang  ideal  untuk  kehidupan  ikan  di daerah
tropis  sekitar  25-32°C  (Mulyanto 1992).  Pada  umumnya,  ikan mempunyai
toleransi yang rendah terhadap perubahan suhu yang mendadak. Oleh karena itu,
perubahan suhu yang cepat atau pemindahan ikan secara tiba-tiba ke tempat yang
memiliki suhu lebih tinggi atau sangat rendah, dapat menyebabkan ikan tersebut
mati meskipun suhu perairan  yang baru itu  masih dibawah  titik  mati jenis  ikan
tersebut  (Boyd  dan  Lichkoppler  1979).  Fluktuasi  suhu  yang  terlalu besar  akan
menyebabkan beberapa pengaruh terhadap kesehatan ikan karena bila suhu terlalu
rendah  maka  ikan  akan  kurang aktif, nafsu  makan  menurun  sehingga laju
metabolisme pun menurun. Sebaliknya, bila suhu terlalu tinggi, maka ikan akan
sangat aktif, nafsu makan meningkat sehingga kebutuhan oksigen akan meningkat
serta laju  metabolisme  pun  akan  meningkat (Lesmana 2001).  Menurut  Sucipto
(2008) peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi
bahan organik oleh bakteri.
Derajat keasaman (pH) adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion hidrogen
dan menunjukkan kualitas air tersebut bersifat asam atau basa. Skala pH 0-14 dan
pH 7 adalah netral berarti air tidak bersifat asam ataupun basa. Bila nilai pH diatas
 


13
7 berarti air tersebut basa dan bila nilai pH di bawah 7 berarti air tersebut asam
(Boyd  dan  Lichkoppler  1979).  Ikan  dapat hidup dan  berkembang  biak  dengan
baik apabila pH airnya 6-8 (Barnabe 1990). Menurut Zonneveld et al. (1991) pH
air yang baik digunakan untuk budidaya antara 6,7-8,2.
Oksigen  terlarut  (DO)  adalah  jumlah  gas  oksigen  dalam  mg/L  yang
terlarut dalam air. Oksigen terlarut dalam air dapat berasal dari hasil fotosintesis
oleh fitoplankton  atau tanaman  air  lainnya, dan difusi dari udara (Hawkins dan
Anthony
1981).  Perairan  yang  diperuntukkan  bagi
kepentingan  perikanan
sebaiknya  memiliki  konsentrasi  oksigen tidak  kurang  dari  5 mg/L.  Konsentrasi
oksigen  terlarut  kurang  dari
4  mg/L
menimbulkan  efek  yang  kurang
menguntungkan  bagi  hampir  semua  organisme  akuatik  (Effendie  2003).  Pada
kandungan  oksigen  terlarut kurang  dari  4-5  mg/L,  nafsu  makan  ikan  berkurang
serta pertumbuhannya terhambat. Kandungan  oksigen  terlarut  yang  baik  dalam
perairan adalah 5-7 mg/L (Mulyanto 1992).
Ammonia
(NH )  yang  terdapat  pada
3
kolam
merupakan
sisa  hasil
metabolisme  ikan  dan  pembusukan  senyawa  organik  oleh  bakteria (Boyd  dan
Lichkoppler  1979). Sumber ammonia  di perairan  adalah  penguraian  nitrogen
organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah
dan  air,  berasal  dari  dekomposisi  bahan organik  (tumbuhan  dan  biota  perairan
yang  telah  mati)  oleh  bakteri  dan jamur. Proses  ini  dikenal  dengan  istilah
amonifikasi (Effendie  2003).  Di  dalam  air,  ammonia  mempunyai  dua  bentuk
senyawa,  yaitu  bentuk  senyawa  ammonia bukan  ion  (NH )  dan  ion  ammonium
3
(NH )  (Boyd  dan  Lichkoppler  1979).  Pada  suhu  dan  pH rendah,  kebanyakan
4
+
amonia  dalam air  berbentuk  ion  amonium (NH ).  Ion  ini  relatif  tidak  bersifat
4
+
toksik  bagi  organisme akuatik.  Peningkatan  pH atau  suhu  akan  meningkatkan
daya  racun  ammonia,  sebab  sebagian  besar  berada  dalam  bentuk  NH
yang sifatnya lebih beracun daripada yang berbentuk ion NH4+
Ammonia dapat menembus bagian membran sel lebih cepat daripada ion
NH4+ (Dinges  1982 dalam Kordi dan  Tancung  2007).  Batas  pengaruh  yang
mematikan dapat terjadi bila konsentrasi ammonia pada air kolam sekitar 0,1-0,3
mg/L (Boyd dan Lichkoppler 1979). Di daerah tropis, seperti Indonesia, sebaiknya
kandungan  ammonia  dalam  air  tidak  lebih  dari 1  mg/L. Kandungan  ammonia
lebih  dari  1  mg/L dapat  menghambat  daya serap  hemoglobin  darah  terhadap
oksigen  atau  pengikatan  oksigen  oleh  darah  sehingga
menyebabkan  ikan
kekurangan oksigen dan akan mati karena sesak napas (Mulyanto 1992).
Nitrit (NO ) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat dalam
proses  nitrifikasi.  Di  perairan  alami, nitrit  (NO )  biasanya ditemukan  dalam
jumlah  yang  sangat  sedikit, lebih  sedikit daripada nitrat, karena  bersifat  tidak
stabil. Di  perairan  konsentrasi  nitrit  jarang  melebihi  1  mg/L.  konsentrasi  nitrit
yang  lebih  dari 0,05  mg/L dapat bersifat toksik  bagi  organisme  perairan  yang
mempunyai toleransi yang rendah terhadap nitrit (Effendie 2003).
Nitrat (NO )  adalah bentuk  utama  nitrogen  di perairan  dan merupakan
nutrient  utama bagi pertumbuhan  tanaman  dan  algae.  Senyawa ini  merupakan
hasil proses  oksidasi sempurna  senyawa  nitrogen.  Oksidasi ammonia  menjadi
nitrit  dilakukan  oleh  bakteri Nitrosomonas,  sedangkan  oksidasi  nitrit  menjadi
nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Proses oksidasi ammonia menjadi nitrit
dan  nitrat  disebut  juga  nitrifikasi.  Kandungan  nitrat (NO )  lebih  dari 0,2  mg/L
3
dapat  mengakibatkan  terjadinya  eutrofikasi
(penyuburan)
perairan,  yang
selanjutnya memacu pertumbuhan alga dan tumbuhan air secara pesat (blooming).
Nitrat tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik (Effendie 2003).

No comments:

Post a Comment