\

newnavbar

Sunday 26 April 2015

Budidaya Kacang Buncis

               
A.    Pendahuluan
     Indonesia di kenal sebagai negara Agraris, dan juga dikenal kaya akan sumber daya alamnya yang cukup melimpah. Dalam hal ini, ternyata kelimpahannya itu masih terdapat beberapa produk pertanian yang perlu dikembangkan lagi, produk tersebut diantaranya adalah Kacang Buncis
(phaseolus vulgaris). Sebelumnya tanaman ini pernah di kembangkan, namun hanya terdapat di beberapa daerah yang ada di Indonesia. Misalnya pulau Jawa dan sekitarnya. Tanaman ini diperkirakan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan dapat menambah keuntungan kepada petani apabila ditekuni untuk pengembangannya. Selain itu, kandungan gizi yang yang terdapat pada kacang buncis juga sangat baik untuk kesehatan, yaitu dapat menjadi sumber protein nabati, serta mengandung vitamin A, B, dan C. Jika dilihat dari aspek budidayanya, tentu akan banyak petani ataupun masyarakat yang mau mengelola/mengusahakannya. Karena untuk pengelolaan/pengerjaannya sendiri tidak terlalu rumit, dan juga waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama, yaitu sekitar 60 hari sudah bisa memperoleh hasilnya. Oleh karena itu, perlu di lakukan penelitian dan percobaan yang lebih jauh lagi untuk mendapatkan hasil yang baik dan intensif.

a.      Sistematika tanaman
1.    Kacang Buncis
                      Berdasarkan jenis dari kacang buncis tersebut di klasifikasikan sebagai berikut :
Divisi               : Sparmatopytab
Sub divisi        : Angiospermaea
Kelas               : Dicotyloledonaed
Ordo                : Leguminalese
Famili              : Leguminoseae
Genus              : Phaseolus g
Species            : Phaseolus vulgaris
                        Kacang buncis (phaseolus vulgaris) merupakan sayuran polong yang merambat. Kacang buncis sifatnya mirip kacang panjang. Perbedaannya terletak pada kurangnya kemampuan bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen bebas dari udara (Rhizobium). Daunnya agak lebih kasar dan polongnya cenderung lebih pipih dari kacang panjang. Aroma polong buncis agak langu (kurang sedap). Jenis-jenis buncis
                 Buncis (Phaseolus vulgaris) banyak sekali jenisnya, tetapi secara garis         besarnya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tanaman buncis yang membelit          (merambat) dan tidak membelit.
                 Jenis tanaman buncis yang membelit di antaranya buncis/kacang lompeh     (rompes), dan kacang kopak. Kacang Prancis merupakan jenis buncis yang terkenal.   Variates buncis tersebut yang ada di Indonesia ialah hawaian woner, surakarta, helda,    hargo, promo, dan kentucky wonder. Biji jenis buncis ini ada yang berwarna ungu,    putih, dan hitam. Buncis biasanya dimakan sewaktu polongnya masih muda.
     Jenis kacang buncis yang tidak membelit (dwarf) ialah kacang jogo. Kacang jogo ini          terdiri dari dua macam, yaitu kacang cokelat dan kacang merah.

a)      Kacang cokelat (bruine boon)
            Kacang cokelat merupakan jenis kacang jogo lain yang tidak membelit. Tanaman ini termasuk tanaman pendek dengan tinggi 40 cm. Biji-biji kacang cokelat ini berewarna ungu atau cokelat. Ada pula jenis kacang jogo yang dimakan polong muda (kacang prancis pendek), misalnya rich green, brezobel, dan hawkesbury wonder.
b)      Kacang merah (rode boon)
            Kacang merah merupakan tanaman jogo pendek yang tingginya 30 cm. Biji kacang merah berwarna merah atau merah berbintik-bintik putih, misalnya variates garut. Variates ini banyak ditanam di Jawa Barat sebagai tanaman sela dengan bawang daun. Kacang jogo ini hanya dimakan bijinya dari buah yang telah tua.

1.    Syarat tumbuh tanaman buncis
·      Lokasi
         Kacang buncis mudah di tanam di daerah dengan ketinggian antara 300—600 m               dari permukaan laut, terutama di ketinggian lebih dari 1.000—1.500 m.

·      Media tanam
        Jenis tanah yang cocok untuk tanaman buncis adalah tanah andosol dan regosol karena mempunyai drainase yang baik. Tanah andosol hanya terdapat di daerah pegunungan yang mempunyai iklim sedang dengan curah hujan diatas 2500 mm/tahun, berwarna hitam, bahan organiknya tinggi, berstektur lempung hingga debu, remah, gembur dan permeabilitasnya sedang. Tanah regosol berwarna kelabu, coklat dan kuning, berstektur pasir sampai berbutir tunggal dan permeabel. PH tanah antara 5,5-6 dan air tanahnya tidak menggenang.
·      Iklim
     Kacang buncis hidup dengan suhu udara 20—25°C, dan iklimnya kering. Oleh karena itu, penanaman buncis yang paling tepat ialah menjelang akhir musim hujan.
2.    Cara budidaya tanaman buncis
A.       Persiapan Benih, Pupuk, dan peralatan budidaya
-       Siapkan benih buncismyang baik dan besertifikat. Ciri-ciri benih buncis yang baik di antaranya berasal dari pohon induk yang baik, daya tumbuh minimum 80% berbentuk biji utuh, bernas, warna mengkilat, bentuknya seragam, tidak bernoda cokelat, bebas hama penyakit, dan bersih dari kotoran.
-       Untuk tanah yang kurang subur, maka siapkan pupuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 2.000—5.000 kg untuk memperbaiki struktur tanah, aerasi dan drainase menjadi lebik baik.
-       Siapkan pupuk urea, SP—36, dan KCl masing-masing dengan dosis 100 kg.
-       Siapkan alat seperti cangkul, garu, kored, ember, dan gombor.
B.  Persiapan lahan
-       Pilih lahan yang drainase baik, bertipe gembur dengan pH 5,5—6. Lahan berada pada ketinggian 1.000—1.500 meter dari pinggir laut (DPL). Suhu ideal penanaman buncis sekitar 20—25° C dengan kelembaban udara sekitar 55%.
-       Sebelum disiapkan sebagai lahan penanaman buncis, bersihkan lahan dari rumput dan gulma yang mengganggu agar tidak terjadi persaingan unsur hara. Pembersihan dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul atau traktor apabila lahannya luas.
-       Lakukan pencangkulan lahan sedalam 20—30 cm. Tanah yang berat perlu dicangkul dua kali dengan jangka waktu 2—3 minggu. Sementara itu, untuk tanah yang memiliki struktur ringan, cukup sekali melakukan pencangkulan.
-       Untuk tanah yang terlalu asam (pH kurang dari 5,5), taburkan dolomit sebagai upaya pengapuran sebanyak 500 ke lahan secara merata. Pengapuran dilakukan 2—3 minggu sebelum penanaman.
-       Setelah pengapuran, sebarkan pupuk kompos atau pupuk kandang dengan dosis 500—1.000 kg untuk memperbaiki struktur tanah.
-       Buat bedengan dengan panjang 5 meter, lebar 1 meter, dan tinggi 20 cm. Jarak antar bedengan 40-50 cm.

C.  Penanaman
·      Pola tanam
-       Tanaman buncis di tanam dengan pola pagar atau barisan karena penanamannya dilakukan pada bedengan atau guludan. Pada pola ini jarak antar tanaman lebih sempit dari pada jarak antar barisan tanamannya. Dengan pola tanam barisan akan mempermudah pekejaan selanjutnya, seperti pemeliharaan, pengairan, pemupukan, pembumbunan dan panen.
-       Jarak tanaman yang digunakan adalah 20 x 50 cm, baik untuk tanah datar atau tanah miring. Dan bila kesuburan tanahnya tinggi, maka sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih sempit lagi, yaitu 20 x 40 cm. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari tumbuhnya gulma, karena gulma akan lebih cepat tumbuh pada tanah yang subur. Penentuan jarak tanam ini harus benar-benar diperhatikan karena berhubungan dengan tersedianya air, hara dan cahaya matahari.
·      Cara penanaman
-            Buat lubang tanam sedalam 3—4 cm dengan tugal. Jarak tanam 20 x 50 cm, 40 x 60 cm, atau 30 x 40 cm untuk buncis tipe merambat. Sementara itu, untuk buncis tipe tegak, jarak tanamnya 20 x 40 cm atau 30 x 60 cm.
-            Masukkan benih 2—3 biji ke dalam lubang tanam, lalu tutup dengan tanah. Setelah 3—5 hari dari masa tanam tidak tumbuh, maka perlu dilakukan penyulaman untuk menggantikan benih yang baru.
D.  Pemeliharaan/perawatan tanaman
·         Pengguludan
            Peninggian guludan atau bedengan dilakukan pada saat tanaman berumur lebih dari 20—40 hari setelah tanam (HST). Lebih baik dilakukan pada saat musim hujan. Tujuan dari peninggian guludan adalah untuk memperbanyak akar, menguatkan tumbuhnya tanaman dan memelihara struktur tanah.
·         Pemangkasan
            Pemangkasan dilakukan untuk memperbanyak ranting-ranting agar diperoleh buah yang banyak. Pelaksanaannya dilakukan bila tanaman telah berumur 2—5 minggu, dan juga pemangkasan di maksudkan untuk mengurangi kelembapan di dalam tanaman sehingga dapat menghambat perkembangan hama penyakit.
·         Pemupukan
            Tindakan pemupukan pada tanaman buncis perlu dilakukan dengan alasan hara tanaman yang disediakan oleh tanaman dalam jumlah yang terbatas. Sewaktu-waktu zat hara akan berkurang karena tercuci kadalam lapisan tanah, terbawa erosi bersama larutan tanah, hilang melalui proses evaporasi (penguapan), dan diserap oleh tanaman. Apabila keadaan tersebut dibiarkan terus menerus tanpa adanya perbaikan, maka makin lama persediaan hara dalam tanah makin berkurang sehingga tanaman tumbuhnya merana. Untuk mencukupi kebutuhan hara tersebut, perlu tambahan dari luar melalui pemupukan. Diharapkan dengan pemupukan akan mengembalikan dan meningkatkan kandungan hara dalam tanah, sehingga tanaman akan tumbuh subur dan produksinya akan melimpah. Pemupukan ini dapat dilakukan pada umur 14—21 hari setelah tanam. Pupuk yang diberikan hanyalah Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis masing-masing 50, 75, dan 25 kg.
·         Penyiraman/pengairan
            Air yang diberikan alam sangat bervariasi dan seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Untuk itu, jika buncis di tanam pada musim kemarau lakukan penyiraman 2x sehari, yaitu setiap pagi dan sore hari. Jika penanaman dilakukan pada musim penghujan, buatkan saluran pembuangan berupa parit di antara bedengan. Penyiraman dilakukan secara menyeluruh atau mengenai seluruh bagian tanaman. Gunakan gombor halus untuk tanaman yang masih kecil.

E.  Panen dan pasca panen
1.    Buncis biasanya dipanen pada umur 60 HST. Berikut beberapa ciri fisik polong buncis yang siap panen.
-         Warna polong hijau agak mudah atau suram.
-         Tekstur permukaan kulit polong relatif kasar.
-         Biji dalam polong belum menonjol.
-         Jika polong dipatahkan akan menimbulkan bunyi seperti letupan.
-         Polongnya belum berserat.
2.    Panen buncis dilakukan dengan cara memetik polong dengan tangan. Hindari penggunaan pisau  atau benda tajam lainnya karena berisiko menimbulkan luka pada polongnya dan kerusakan fisik lainnya.
3.    Panen dapat dilakukan secara bertahap sebanyak 2—3 hari sekali agar diperoleh polong yang memiliki tingkat kematangan seragam. Panen sebaliknya dihentikan pada umur lebih dari 80 HST atau setelah tujuh kali panen.
4.    Polong yang sudah dipanen perlu segera di sortasi, yaitu dengan cara memisahkan berdasarkan kualitas. Pisahkan polong buncis yang tidak baik, seperti polong yang cacat akibat hama dan penyakit, polong tua, dan polong yang patah. Sortasi sebaiknya dilakukan di tempat yang ternaungi.
5.    Penyimpanan buncis sebaiknya di tempat yang memiliki kondisi suhu dan kelembapan yang terjaga. Buncis dapat disimpan 2—4 minggu dengan suhu 0—44°C dan kelembapan 85—90%.

F.   Hama dan penyakit
a. Hama
1.    Kumbang daun
Ø Penyebab: kumbang Henose-pilachna signatipennis atau Epilachna signatipennis, sering disebut kumbang daun epilachna yang termasuk famili Curculionadae. Bentuk tubuhnya oval, warna merah atau coklat kekuningan, panjang antara 6-8 mm.
Ø Pengendalian: (1) bila sudah terlihat adanya telur, larva, maupun kumbangnya, maka dapat langsung dibunuh dengan tangan; (2) dengan insektisida Lannate L dan Lannate 25 WP, dengan konsentrasi 1,5-3 cc/liter air atau 300-600 liter setiap hektar; (3) rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inang.        
2.    Penggerek daun
Ø Penyebab: ulat Etiella zinckenella yang termasuk dalam famili Pyralidae. Penyebarannya meliputi daerah tropis dan subtropis. Gejala: polong yang masih muda mengalami kerusakan, bijinya banyak yang keropos. Kerusakkan ini tidak sampai mematikan tanaman buncis.
Ø Pengendalian: penyemprotan dengan insektisida Atabron 50EC dengan konsentrasi 12-15 cc/10 liter air. Setiap satu hektar diperlukan 500 liter larutan semprot. Waktu penyemprotan dilakukan segera setelah diketahui adanya serangan dan dapat diulangi beberapa kali menurut keperluan. Selain Atrabon dapat pula dipilih insektisida lain, seperti Agrothion 50 EC, Basbiman 200 EC dan Bayrusil 250 EC dengan konsentrasi seperti yang tercantum pada labelnya.
3.    Kutu daun
Ø Penyebab: Aphis gossypii, yang termasuk dalam famili Aphididae. Sifatnya polibag dan kosmopolitan yaitu dapat memakan segala tanaman dan tersebar di seluruh dunia. Tanaman inangnya bermacam-macam, antara lain kapas, semangka, kentang, cabai, terung, bunga sepatu dan jeruk. Warna kutu ini hijau tua sampai hitam atau kuning coklat. Gejala: pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan batang memutar (memilin), daun menjadi keriting dan berwarna kuning.
Ø Pengendalian: (1) secara alami, yaitu dengan cara memasukkan musuh alaminya, antara lain lembing, lalat dan jenis Coccinellidae; (2) menggunakan insektisida Orthene 75 SP dengan konsentrasi 0,5-0,8 gram/liter air. Bila setelah disemprotkan masih terdapat hamanya, maka penyemprotannya dapat diulang setiap 7-14 hari sekali. Selain Orthene dapat juga digunakan Sevidan 70 WP atau Supracide 40 EC.
4.    Ulat jengkal semu
Ø Penyebab: ulat jengkal semu. Ada dua spesies yang terdapat diperkebunan buncis, yaitu Plusia signata (Phytometra signata) dan P. chalcites. Keduanya termasuk kedalam famili Plusiidae. Panjang ulat P. chalcites kurang lebih 2 cm berwarna hijau dengan garis samping berwarna lebih muda. Gejala: (1) daun-daun berlubang; (2) tanaman menjadi kerdil.
Ø Pengendalian: (1) secara mekanik, yaitu dibunuh satu persatu, namun tidak efektif; (2) sanitasi, yaitu dengan membersihkan gulma-gulma yang dapat dijadikan sebagai tempat persembunyian hama tersebut; (3) dengan insektisida Hostathion40 EC sangat efektif karena mempunyai cara kerja ganda, yaitu sebagai racun kontak dan racun lambung. Insektisida ini mempunyai daya basmi 2-3 minggu, Konsentrasi formulasi yang digunakan 1-1,5 cc/liter air dan volume larutan semprot kira-kira 400-600 liter/ha. Dapat juga menggunakan Lannate 25 WP dan Lebaycid 550 EC. Penyemprotan dilakukan bila intensitas serangan mencapai 12,5%.
5.    Ulat penggulung daun
Ø Penyebab: ulat Lamprosema indicata dan L. diemenalis, keduanya termasuk dalam famili Pyralidae. Gejala: daun kelihatan seperti menggulung dan terdapat ulat yang dilindungi oleh benang-benang sutra dan kotoran. Polongan sering pula ikut direkatkan bersama-sama dengan daunnya. Daun juga tampak berlubang-lubang bekas gigitan dari tepi sampai ketulang utama, hingga habis hanya tinggal urat-uratnya saja.
Ø Pengendalian: (1) membuang dan membakar daun yang telah terkangkit; (2) penyemprotan pestisida Azordrin 15 WSC dengan konsentrasi 2-3 cc/liter air, Kiltop 50 EC dengan konsentrasi 4-5 cc/liter air, atau Matador 25 EC dengan konsentrasi 5 ml/ 10 liter air. Setiap hektar kira-kira memerlukan volume 400-600 liter larutan. Penyemprotan dapat diulang setiap 7 hari sampai tanaman terbebas dari hama tersebut.
     b. Penyakit
1.    Penyakit antranonsa
Ø Penyebab: cendawan Colletotrichum lindemuthianum, termasuk dalam famili Melanconiaccae.. Gejala: (1) terdapat bercak-bercak kecil berwarna coklat karat pada polong buncis muda; (2) bercak hitam atau coklat tua di bagian batang tanaman tua.
Ø Pengendalian: (1) memakai benih yang benar-benar bebas dari penyakit; (2) merendam benih dalam fungsida Agrosid 50 SD sebelum ditanam. Cara merendamnya ialah beberapa jam sebelum benih ditanam dibasahi dulu dengan air. Kemudian dimasukkan ke kantong plastik dan dicampur dengan Agrosid 50 SD sebanyak 10-15 gram/kg benih. Setelah itu dikocok sampai rata kemudian diangin-anginkan; (3) pergiliran tanaman, maksudnya untuk memotong siklus hidup cendawan tersebut.

2.    Penyakit embun tepung
Ø Penyebab: cendawan Erysiphe polygoni, yang termasuk dalam famili Erysiphaceae. Gejala: daun, batang, bunga dan buah berwarna putih keabuan (seperti beludru). Apabila serangan pada bunga ringan, maka polong masih dapat terbentuk. Namun bila gagal serangannya berat akan dapat menggagalkan proses pembuahan, bunga menjadi kering dan akhirnya mati. Bila polong yang diserang maka polong tidak gugur, tetapi akan meninggalkan bekas berwarna cokelat surat sehingga kualitasnya menurun.
Ø Pengendalian : (1) bagian-bagian yang sudah terserang sebaiknya dipotong atau di bakar ; (2) dapat juga disemprot dengan fungisida Morestan 25 WP, konsentrasinya 0,5-1 gram/liter air dan volume larutan 1.000 liter/ha.

3.    Bercak daun
Ø Penyebab: cendawan Cercospora canescens, termasuk dalam famili Dematiaceae. Sporanya dapat disebarkan melalui air hujan, angin, serangga, alat-alat pertanian, manusia dan lain-lain. Gejala: Daun berbercak-bercak kecil berwarna cokelat kekuningan. Lama-kelamaan bercak akan melebar dan bagian tepinya terdapat pita berwarna kuning. Akibat lebih parah, daun menjadi layu lalu berguguran. Bila sampai menyerang polong, maka polong berbercak kelabu dan biji yang terbentuk kurang padat dan ringan.
Ø Pengendalian: (1) sebelum ditanam benih buncis direndam air panas dengan suhu 48 derajat C selama 30 menit; (2) rotasi tanaman; (3) rotasi tanaman (4) memotong bagaian tanaman yang telah terserang; (5) penyemprotan dengan Baycor 300 EC konsentrasi 0,5-1 liter/ha, Bayleton 250 EC konsentrasi 0,25-0,5 liter/ha, volume semprot tiap hektarnya kurang lebih 400 liter. Dapat juga menggunakan Cupravit OB 21, Daconil 75 WP, Delsene MX-200 dengan konsentrasi sesuai labelnya. Penyemprotan diulang dengan selang waktu 5-15 hari.

4.    Penyakit karat
Ø Penyebab: cendawan Uromyces appendiculatus, termasuk dalam ordo Uredinales. Cendawan ini masih dapat bertahan pada bagian tanaman yang sakit walaupun iklimnya kering. Serangan akan kembali menghebat pada musim hujan.
Ø Pengendalian: (1) menanam bibit buncis yang tahan terhadap penyakit karat, yaitu manoa wonder; (2) mencabut dan membakar tanaman yang telah terjangkit; (3) menggunakan fungisida Baylleton 250 EC dengan dosis 0,25-0,5 liter/ha dan voleume larutan 500 liter/ha. Penyemprotannya dilakukan bila intensitas serangan mencapai 10%  dengan selang waktu 7 hari.

b.      Kandungan Gizi Sayuran Buncis
            Buncis mempunyai kandungan gizi yang sangat banyakSetiap 100 gram buncis cukup untuk memenuhi kebutuhan harian 20% vitamin C, 18% Vitamin K dan 13% vitamin A. Selain itu, ada banyak serat dan sejumlah vitamin B1, B2, B3, B6 dan B11. Buncis juga mengandung mineral, seperti mangan, molibdenum, magnesium, potasium, zat besi, fosfor, kalsium dan tembaga. Kandungan fitonutrien dalam buncis termasuk berbagai karotenoid dan flavonoid yang memiliki efek antioksidan kuat. Penelitian terbaru telah menginformasikan adanya lutein, beta-karoten, violaxanthin, dan neoxanthin dalam buncis. Flavonoid dalam buncis mencakup quercetin, kaemferol, catechin, procyanidin dan epicatechin. Selain itu, buncis juga mempunyai beberapa senyawa berikut: saponin, triterpenoida, steroida, stigmasterin, trigonelin, arginin, asam amino, asparagin, kholina, tanin, fasin (toksalbumin), zat pati, vitamin dan mineral.
c.       Habitat tanaman buncis
Tanaman ini, berasal dari benua Amerika, tepatnya Amerika Utara dan Amerika Selatan. Penyebaran ke benua Eropa berlangsung sejak abad ke-16 oleh orang-orang Spanyol dan Portugis. Daerah pusat penyebarannya mula-mula adalah Inggris (tahun 1594), kemudian menyebar ke negara-negara lainnya di kawasan Eropa, Afrika, sampai ke Asia. Di Amerika daerah penyebaran tanaman buncis terdapat di New York (tahun 1836), kemudian meluas ke Wisconsin, Maryland, dan Florida. Tanaman ini mulai dibudidayakan secara komersil sejak Tahun 1968 dan menempati urutan ke tujuh diantara sayuran yang dipasarkan di Amerika pada tahun tersebut. Adapun “kapan” masuknya tanaman buncis ke Indonesia belum diperoleh informasi yang jelas, tetapi daerah penanaman buncis pertama kali adalah di daerah Kota batu (Bogor), kemudian menyebar ke daerah-daerah sentra sayuran di Pulau Jawa.
d.      Manfaat Buncis untuk Kesehatan
Berikut ini beberapa manfaat buncis bagi kesehatan yang kami rangkum dari berbagai sumber.
1.  Mengendalikan glukosa
Buncis mempunyai kadar protein yang begitu tinggi. Jika sayuran ini diolah dengan benar maka protein yang ada di dalamnya dapat diserap oleh tubuh dan berguna untuk mengendalikan glokusa atau kadar gula dalam darah.
Maka dari itu, buncis sangat sesuai bagi penderita diabetes. Hal ini tentu saja sangat menguntungkan bagi penderita diabetes agar gula darah tetap dalam ambang batas aman. 
2.      Melancarkan pencernaan
Buncis termasuk ke dalam keluarga kacang, yang kaya akan serat. Serat berguna untuk membantu sistem pencernaan.
3.      Menjaga jantung tetap sehat
Untuk mengurangi kadar kolesterol dalam darah yang bisa memicu serangan jantung diperlukan sistem pencernaan yang bekerja dengan baik. Oleh sebab itu buncis baik untuk dikonsumsi oleh pasien penyakit jantung. Dengan mengkonsumsi buncis minimal empat kali seminggu dapat membantu organ jantung kita tetap sehat, manfaat ini kita dapatkan dari buncis karena asam folat yang dikandungnya.
4.      Meningkatkan kekebalan tubuh
Vitamin B1, B6 dan vitamin C dalam buncis dapat membuat sistem imun atau kekebalan tubuh kita meningkat.
5.      Meningkatkan metabolisme tubuh
Buncis mengandung mineral yang penting untuk metabolisme tubuh an tara lain mangan, kalium, zat besi dan magnesium.
6.      Mengatasi batu ginjal
Serat yang begitu tinggi dalam buncis dapat berguna untuk melarutkan batu ginjal sekaligus mencegah pembentukan batu pada ginjal. Oleh karena itu banyak dokter menganjurkan makanan ini untuk dikonsumsi oleh pasiennya.
Buncis termasuk beberapa makanan yang mengandung oksalat. Okssalat yang terlalu banyak di dalam tubuh dapat mengganggu kesehatan, terutama bagi penderita penyakit ginjal atau kantung empedu.
Sebelum mengolah buncis menjadi masakan, cucilah buncis di air mengalir. Dlaam memasak buncis hendaknya jangan terlalu matang agar kandungan fitonutrien, vitamin dan mineralnya masih ada dalam jumah banyak di buncisnya.

A.    PROSPEK PASAR
Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan buncis di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini buncis menjadi produk komoditas dagangan yang pasokannya di Indonesia sendiri menjadi barang ekpor ke negara lain. Contohnya jepang yang telah menanda tangani kontrak perjanjian untuk membeli buncis dalam bentuk utuh untuk dikonsumsi.
Melihat tingginya kegiatan ekspor kedelai di negara Indonesia, tentunya memberikan sebuah indikator baru bagi kita semua bahwa peluang pasar buncis sekarang ini masih sangat menjanjikan. Karena itu untuk mendatangkan untung besar setiap bulannya, tidak ada salahnya bila Anda memanfaatkan peluang tersebut untuk mulai memproduksi buncis dan membudidayakannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang masih sangat tinggi.

Konsumen
Pada dasarnya kacang buncis sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak puluhan tahun silam. Biasanya sumber protein nabati ini diolah masyarakat menjadi makanan ataupun sayuran sehari-hari.

B.     POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN
Pertumbuhan permintaan buncis selama 5 tahun terakhir cukup tinggi, sebagai tanaman polongan tentu buncis ada keuntungan lain dalam hal pengolahan lahan yang bisa menjadi sayuran kalengan atau pembuatan makan atau pun dalam bentuk olahan yang di gunakan untuk pakan ternak. Peluang buncis sangat menjanjikan, adaanya standarisasi mungkin dapat meningkatkan pendapatan petani. Ekpor besar-besaran kenegara lain tentu menjadi peluang tersendiri.

C.    ANALISIS KELAYAKAN
Perhitungan biaya biaya sangat dipelukan sebagai acuan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha yang akan di buka. Adapun langkah-langkahnya :
-  Biaya investasi
Komponen
Satuan
Harga (Rp)
Jumlah (Rp)
Alat pertanian
2 Set
200.000
400.000
Ember plastik
5 Buah
20.000
100.000
Timbangan
2 Buah
80.000
160.000
Boks panen
5 Buah
100.000
500.000
Gembor
5 Buah
75.000
375.000
Sprayer
1 Buah
350.000
350.000
Total Biaya Investasi


1.885.000

-  Biaya Tetap

Uraian
Masa
Pakai
Harga
(Rp)
Penyusutan
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
Sewa lahan 5.000 m²
4 Bulan
350.000

1.400.000
Penyusutan alat pertanian
36 Bulan
400.000
4/36 x 400.000
44.444
Penyusutan ember pertanian
24 Bulan
100.000
4/24 x 100.000
16.667
Penyusutan timbangan
36 Bulan
160.000
4/36 x 160.000
17.778
Penyusutan boks panen
36 Bulan
500.000
4/36 x 500.000
55.556
Penyusutan gembor
24 Bulan
375.000
4/24 x 375.000
62.500
Penyusutan sprayer
60 Bulan
350.000
4/60 x 350.000
23.333
Total Biaya Tetap



1.620,278

-  Biaya Variabel

Uraian

Satuan
Harga
(Rp)
Total biaya
(Rp)
Benih
9 kg
44.000
396.000
Pupuk kandang
2.500 kg
300
750.000
Pupuk Urea
100 kg
1.400
140.000
Pupuk SP-36
100 kg
1.900
190.000
Pupuk KCl
100kg
1.800
180.000
Pupuk susulan Mutiara
80 kg
8.000
640.000
Kapur pertanian
1.000 kg
300
300.000
Insektisida
3 liter
150.000
450.000
Fungisida
4 kg
70.000
280.000
Tali rafiah
5 rol
5.000
25.000
Ajir
12.500 Batang
150
1.875.000
Tenaga kerja pengolah lahan
50 HKP
20.000
1.000.000
Tenaga kerja penanam
10 HKW
15.000
150.000
Tenaga kerja pemeliharaan
50 HKP
20.000
1.000.000
Tenaga kerja pemeliharaan
50 HKW
15.000
750.000
Tenaga kerja panen dan pasca panen
40 HKW
15.000
600.000
Total Biaya tidak tetap


8.762.000
Keterangan :  HKW : Hari Kerja Wanita (6 jam sehari)
                                    HKP : Hari Kerja Pria (8 Jam sehari)

-       Total Biaya Operasional per Periode
Total biaya operasional         = Total biaya tetap + total biaya variabel
                                              = Rp 1.620.278 + Rp 8.726.000
                                              = Rp 10.346.278

-       Pendapatan dan Keuntungan
    Pendapatan per periode             
Pendapatan                                                 = Jumlah buncis terjual x Harga buncis
Pendapatan dari polong bagus       = 5.000 kg x Rp 3.500/kg       = Rp 17.500.000
Pendapatan dari polong cacat        = 1.250 kg x Rp 1.000/kg       = Rp 1.250.000
Total                                                                                                   = Rp 18.750.000


    Keuntungan per Periode
Keuntungan            = Pendapatan - Total biaya operasional
                               = Rp 18.750.000 – Rp 10.346.278
                               = Rp 8.403.722




H. Kelayakan Usaha
    R/C
R/C             = Pendapatan : Total biaya operasional
                   = Rp 18.750.000 : Rp 10.346.278

       R/C lebih dari satu artinya usaha budidaya buncis dapat di jalankan. R/C 1,81 artinya setiap penambahan modal sebesar Rp 1 akan memberikan pendapatan sebesar Rp 1,81.

    Pay Back Period
Pey back period      = (Total biaya investasi : keuntungan) x 1 bulan
                               = (Rp 1.885.000 : Rp 403.772) x 1 bulan
                               = 0,22 bulan
            Artinya titik balik modal usaha budidaya buncis dapat dicapai kurang dari satu bulan (0,22)

3. Keuntungan budidaya tanaman Buncis
            Budidaya tanaman buncis memang tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, hanya sebagian orang yang bisa merasakan bahwa budidaya tanaman buncis itu dapat menguntungkan. Karena dengan bentuknya yang kecil, sebagian orang pula mungkin menganggap bahwa membudidaya tanaman ini hanya untuk mengisi lahan yang kosong, dan juga modalnya awalnya sama dengan hasil setelah panennya nanti. Padahal, jika memiliki banyak informasi dan pengetahuan untuk budidaya tanaman ini sendiri maka dapat menambah pendapatan ekonomi untuk keluarga. Keuntungan dari tanaman buncis tersebut diantaranya adalah :
-       Dapat menjadi sumber protein untuk tubuh, dan juga sangat baik untuk kesehatan.
-       Mempertahankan kesuburan dan produktivitas pada tanah,
-      Proses pemasarannya mudah.


D.    Penutup
A.     Kesimpulan
     Kacang buncis atau dalam bahasa latinnya disebut phaseolus vulgaris ini merupakan tanaman sejenis kacang panjang, perbedaannya hanya terletak pada kemampuan untuk bersimbiosis dan daunnya agak lebih kasar dan polongnya cenderung lebih pipih dari kacang panjang. Tanaman ini berasal Benua Amerika, tepatnya di Amerika utara, dan Amerika selatan. Daerah pusat penyebaran tanaman buncis ini, mula-mula adalah Inggris pada tahun 1594. Kemudian, menyebar ke negara-negara lain seperti Afrika hingga ke Asia.
     Penyebaran tanaman buncis di Indonesia belum diperoleh informasi yang pasti, karena Indonesia sendiri adalah jalur perdagangan yang luas antar dua Benua. Namun, daerah penanaman buncis pertama kali di Indonesia adalah daera kota Batu (Bogor) kemudian menyebar lagi ke daerah-daerah sentra sayur-sayuran yang ada di pulau Jawa.

B.     Saran
-          Petani maupun masyarakat diharapkan dapat berwirausaha melalui budidaya tanaman buncis.
-          Mengusahakan budidaya buncis agar komoditasnya tetap terjaga dan bisa berkelanjutan.
-          Dengan adanya makalah ini, kiranya dapat memberi pengetahuan yang lebih luas lagi untuk budidaya tanaman buncis
    


  
Daftar Pustaka


1. Bahar, Y.H.,A. Andayani, D. Djuriah, Subhan, Y.D. Agustini, M. Tahir, E.H.Suwarno, N         Yosrini, P. Suryani, A. Utomo, dan J. Waludin, “Standar Operasional (SOP) Buncis”,         Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmatika, Direktorat Jendral      Hortikultura, jakarta : Kementrian Pertanian, 2010
2. Rahmat Rukmana, cetakan kedua tahun 1998, "Bertanam Buncis", penerbit Kanisius





1 comment:

  1. PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

    menyediakan Prolac A untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www.tokopedia.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

    ReplyDelete