\

newnavbar

Wednesday 11 March 2015

Klasifikasi Iklim di Indonesia Terhadap Kecocokan Vegetasi Tanaman


Klasifikasi Iklim Di Indonesia Terhadap Kecocokan Vegetasi Tanaman.

  1.  Pendahuluan

       Wilayah Indonesia terbentuk dari berbagai komponen lahan, mencakup formasi geologi/litologi dan terrain dengan kondisi iklim yang beragam. Komponen lahan tersebut merupakan faktor pembentuk tanah utama, dan sangat menentukan tingkat kesesuaian serta potensinya untuk pertanian.
Wilayah Indonesia memiliki dua kondisi iklim yang sangat berbeda. Kawasan Barat Indonesia (KBI) umumnya beriklim basah dengan curah hujan merata sepanjang tahun, yang berdampak terhadap reaksi tanah atau pH yang masam dan kejenuhan basa yang rendah. Kawasan Timur Indonesia (KTI) umumnya beriklim kering, sehingga tanahnya bereaksi netral sampai alkali, dan kejenuhan basanya tinggi. Namun, itu semua berkaitan dengan jenis batuan.
            Di daerah tropis, suhu udara dan curah hujan sangat berperan dalam proses pelapukan batuan, baik secara fisik maupun kimia, serta terhadap pembentukan danperkembangan sifat-sifat tanah. Tanah di dataran tinggi umumnya terbentuk dari bahan volkan, dan dengan suhu rendah proses pelapukan berlangsung lambat, sehingga kesuburan tanahnya secara alami akan terawetkan. Namun, karena umumnya berada pada topografi yang berlereng curam dengan tanah yang labil dan rentan longsor, penggunaannya sangat terbatas.
            Secara alamiah pertumbuhan tanaman tergantung pada kondisi tanah, lahan dan iklim. oleh karena itu pengklasifikasian iklim berbasis data curah hujan sangat penting dilakukan untuk menentukan jenis tanaman apa yang ditanam pada suatu lahan. Apabila terjadi kesalahan penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada suatu tempat maka tanaman tersebut tidak akan bisa tunbuh dengan maksimal. Akan tetapi apabila dalam penanaman suatu tanaman mengacu pada klasifikasi iklim maka akan membuat kecocokan antara tanaman dan iklim yang berada daerah tersebut maka tanaman yang akan ditanam akan bisa tumbuh dan menghasilkan hasil produksi yang maksimal. Oleh karena itu, pemahaman klasifikasi iklim dalam bidang pertanian sangat penting mengingat iklim merupakan salah satu komponen faktor lingkungan yang menentukan hasil tanaman. Iklim akan menentukan potensi hasil suatu tanaman maka dari itu pemahaman yang mendalam mengenai kesesuaian antara tanaman sangat dibutuhkan oleh seorang ahl praktisi tanaman.

Klasifikasi Iklim Di Indonesia. Terhadap Kecocokan  Jenis Tanaman.
Berdasarkan  data BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) Cisarua,  dalam kurun waktu 10 tahun dari tahun 1994-2003 dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Data curah hujan di BMKG Cisarua tahun 1994-2003.
Sumber: Stasiun Klimatologi P.T. Syngenta Indonesia Lembang

  1. TEORI-TEORI YANG DIGUNAKAN

  1. Teori Mohr (1933)
Menurut Mohr, Koppen kurang berlaku di indonesia terutama tentang hujan.
Wladimir Koppen (1846 – 1940)  seorang biologis jerman mengkelasifikasi iklim menjadi 5 golongan yang dikenal Klasifikasi Koppen. Klasifikasi Koppen pernah digunakan di Indonesia, koppen menbagi 5 golongan besar yang diberi simbol huruf : A – E
A
Iklim hujan tropika
B
Iklim kering
C
Sedang
D
Dingin
E
kutub


Sehingga garis besar dasar klas koppen
§  Rata-rata curah hujan (bulanan/tahunan)
§  Temperatur (bulanan/tahunan)
§  Vegetasi asli dilihat sebagai kenampakan terbaik dari keadaan iklim yang sesungguhnya.
Koppen menilai bahwa daya guna hujan terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman tidak hanya tergantung pada jumlah curah hujan tetapi juga intensitas penguapan, baik dari tanah maupun tanaman. Oleh karena itu, koppen berusaha menunjukkan intensitas penguapan dan daya guna hujan adalah dengan menggabungkan temperatur dan hujan. Musim hujan yang sama, jatuh pada musim panas adalah kurang berguna dibandingkan dengan jatuh pada musim dingin. Walaupun metode untuk mengukur daya hujan kurang memuaskan, sehingga tidak cocok untuk di terapkan di Indonesia.
Metode Mohr mencoba presipitasi dan evaporasi sebagai indikasi khusus daerah tropika. Berdasarkan penelitian tanah, Mohr membedakan 3 tingkatan kebasahan untuk berbagai bulan dalam satu tahun.
Bulan Basah
CH≥ 100 mm
CH > Ev
Bulan Lembab
CH 60 ≤ CH ≤ 100  mm
CH = Ev
Bulan Kering
CH < 60 mm
CH < Ev

Keterangan : CH : Curah Hujan, Ev : Evaporasi.
Untuk mencari bulan basah dan bulan kering Mohr menggunakan rerata curah hujan masing-masing bulan selama beberapa tahun.

Mohr membagi 5 golongan iklim yaitu
Golongan
Daerah
Jumlah bln Kering
I
Basah
0-1
II
Agak Basah
1–2
III
Agak Kering
3–4
IV
Kering
5– 6
V
Sangat Kering
>6


Hasil perhitungan data curah hujan di Cisarua tahun 1994 – 2003.
Daerah
BB
BL
BK
jumlah bln
Golongan
1994
6
1
5
12
IV
1995
8
1
3
12
III
1996
7
2
3
12
III
1997
7
3
5
12
IV
1998
8
2
1
12
II
1999
8
1
4
12
III
2000
6
1
4
12
III
2001
7
1
4
12
III
2002
7
1
4
12
III
2003
6
1
5
12
IV

Keterangan : BB  : Bulan Basah, BL : Bulan Lembab, BK : Bulan Kering.
Secara kesimpulan kawasan jawa barat, memiliki faktor iklim pertahunnya berbeda-beda, dari agak basah – kering. Tapi dari 10 tahun yang di hitung terdapat  2 tahun musim agak kering berturut-turut dan 4 tahun pada musim yang bersama dan berturut-turut setelah musim kering dan agak basah. Sedangkan musim kering terdapat pada tahun 1994, kemudian tahun 1997, dan 6 tahun kemudian baru musim kering kembali yaitu tahun 2003.  Terjadi juga musim agak basah selama setahun yaitu pada tahun 1998 setelah mengalami musim kering pada tahun 1997.
  1. Schmidt dan Ferguson  (1951 )
Dasarnya sama seperti Mohr yaitu : Bulan Basah, dan Bulan Kering, hanya cara mencarinya yang berbeda dengan menghitung Bulan basah dan bulan kering untuk mesing-masing tahun.
Sebagai dasar penggolongan  iklim, dua orang ini menggunakan suatu :
Ʃ rerata Bulan kering
ratio Q =------------------------
Ʃ rerata bulan basah
  Dengan kurun waktu 10 tahun. Jika kurang maka akan ditiadakan data tersebut. Dengan ratio
BK – CH < 60 mm
BL – CH 60 – 100 mm
BK – CH > 100 mm
Kemudian ditentukan dengan ketetapan untuk menggolongkan jenis iklim daerah tersebut.




Nilai
Pengolongan
type
0 ≤ Q < 0,143
A
Sangat basah
0,143 ≤ Q < 0,333
B
Basah
0,333 ≤ Q < 0,600
C
Agak basah
0,600 ≤ Q < 1,000
D
Sedang
1,000 ≤ Q < 1,670
E
Agak kering
1,670 ≤ Q < 3,000
F
Kering
3,000 ≤ Q < 7,000
G
Sangat kering
7,000 ≤ Q < -
H
Luar biasa kering
Makin kecil nilai Q, makin basah.
Kemudian di golongkan jenis tanaman terhadap tipe iklim
Golongan
Tipe iklim
Jenis vegetasi tanaman
A
Sangat basah
Hutan hujan tropis
B
Basah
Hutan hujan tropis
C

Agak basah

Hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daun dimusim kemarau
D
Sedang
Hutan musim
E
Agak kering
Hutn savana
F
Kering
Hutan savana
G
Sangat kering
Padang ilalang
H
Luar biasa kering
Padang ilalang
Syamsubahri, 1987.
Hasil perhitungan data curah hujan di Cisarua tahun 1994 – 2003.
Daerah
 BB
BL
BK
jumlah bln
1994
6
1
5
12
1995
8
1
3
12
1996
7
2
3
12
1997
7
3
5
12
1998
8
2
1
12
1999
8
1
4
12
2000
6
1
4
12
2001
7
1
4
12
2002
7

4
12
2003
6

5
12
Jumlah
70

38

rata-rata
7

3,8


ratio Q = Ʃ rerata Bulan kering/ Ʃ rerata bulan basah

                    
Q = 7   /    3,8   

Q =  1,842105263
Tipe iklim        = F
Keterangan      = Daerah  kering dengan vegetasi hutan savana.

  1. Sistem Klasifikasi Oldeman
Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlangsung secara berturut-turut.
Oldeman , et al (1980) menungkapkan bahwa :  Kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm/bulan, sedangkan tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi  150 mm/bulan diperlukan curah hujan bulanan sebesar 220 mm/bulan. Sedangkan untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan. Sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curahhujan bulanan lebih besar dari ≥ 200 mm. Dan dikatakan bulan kering apabila lebih kecil dari ≤ 100 mm.
          Menurut Tjasyono (2004), lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis /varietas yang digunakan, segingga periode 5 bulan basah berurutan dalam satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat melakukan 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan (Tjasyono, 2004).
Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yang terjadi dalam setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun. Pemberian nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu zone A, zone B, zone C, zone D dan zone E sedangkan pemberian nama sub zone berdasarkana angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3 sub 4 dan sub 5.
Zone A dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun. Zone B hanya dapat ditanami padi 2 periode dalam setahun. Zone C, dapat ditanami padi 2 kali panen dalam setahun, dimana penanaman padi yang jatuh saat curah hujan di bawah 200 mm per bulan dilakukan dengan sistem gogo rancah. Zone D, hanya dapat ditanami padi satu kali masa tanam. Zone E, penanaman padi tidak dianjurkan tanpa adanya irigasi yang baik. (Oldeman, et al., 1980)
Oldeman membagi tipe iklim menjadi 5 katagori yaitu A, B, C, D dan E.
§  Zone A : Bulan-bulan basah secara berturut-turut lebih dari 9 bulan.
§  Zone B : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 7 sampai 9 bulan.
§  Zone C : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 5 sampai 6 bulan.
§  Zone D : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 3 sampai 4 bulan.
§  Zone E : Bulan-bulan basah secara berturut-turut kurang dari 3 bulan.


NO.
Zone
BULAN BASAH
1.
A
> 9
2.
B
7 - 9
3.
C
5 - 6
4.
D
3 - 4
5.
E
<3



NO.
SUB TIPE
BULAN KERING
1.
1
0-1
2.
2
2 - 3
3.
3
4 – 6
4.
4
> 6

Berdasarkan kriteria di atas kita dapat membuat klasifikasi tipe iklim Oldeman untuk suatu daerah tertentu yang mempunyai cukup banyak stasiun/pos hujan. Data yang dipergunakan adalah data curah hujan bulanan selama 10 tahun atau lebih yang diperoleh dari sejumlah stasiun/pos hujan yang kemudian dihitung rata-ratanya. Berdasarkan 5 tipe utama dan 4 sub divisi tersebut, maka tipe iklim dapat dikelompokkan menjadi 17 wilayah agroklimat Oldeman mulai dari A1 sampai E 4 sebagaimana tersaji pada gambar segitiga Oldeman. Oldeman mengeluarkan penjabaran tiap-tiap tipe agroklimat sebagai berikut.
Bulan basah menurut Oldeman. Berdasarkan data curah hujan di Cisarua.

Daerah
BB
BK
jumlah bln
Zone
Sub Tipe
1994
2
10
12
E
4
1995
1
11
12
E
4
1996
5
7
12
C
4
1997
1
11
12
E
4
1998
3
9
12
D
4
1999
1
11
12
E
4
2000
2
10
12
E
4
2001
2
10
12
E
4
2002
2
10
12
E
4
2003
3
9
12
D
4

Hasil klasifikasi Oldeman dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan pertanian, seperti penentuan permulaan masa tanam, penentuan pola tanam dan intensitas penanaman.
Klasifikasi menurut Oldeman
    Bulan Basah berturut-turut             =  2
    Bulan Kering berturut-turut            =  10
    Tipe Utama             =  E                             Sub Divisi       = 4
    Tipe Iklim                = E 4
Keterangan
                                           = Penanaman padi tidak baik tanpa adanya persediaan irigas air yang baik, karna daerah yang cukup kering. Lebih dianjurkan untuk penanaman palawija.



  1. PEMBAHASAN

Dari data yang doperoleh diketahui bahwa tipe iklim menurut Schmidt-Ferguson adalah tipe F dengan keterangan daerah  kering dengan vegetasi hutan savana. Sedangkan tipe iklim menurut Oldeman adalah tipe E 4 dengan keterangan penanaman padi dan  palawija tergantung pada adanya persediaan air irigasi yang baik. Hal ini membuat tanaman yang paling cocok ditananam adalah tanaman tembakau. Dikarekanan tanaman tembakau tidak terlalu membutuhkan air yang terlalu banyak sehingga sangat cocok dengan tipe iklim tersebut. Tanaman yang tidak cocok ditanam pada tipe iklim seperti disebutkan di atas adalah tanaman padi. Hal dikarenakan tanaman padi membutuhkan air yang sangat banyak, apabila tanaman padi kekurangan air maka tanaman padi tidak akan dapat menghasilkan hasil produksi yang optimal.
Dari keadaan iklim yang hampir hujan sepanjang tahun ini tanaman yang paling cocok ditanam dengan iklim yang hujan sepanjang tahun adalah tanaman padi. Hal ini dikarenakan ketersediaan air yang mempengaruhi produksi dari padi tersebut. Apabila padi kekurangan air maka tanaman padi tidak akan bisa tumbuh dan menghasilkan hasil yang optimal. Sedangkan apabila ketersediaan air cukup, maka tanaman padi akan tumbuh dan menghasilkan hasil produksi yang optimal.
            Tanaman yang tidak cocok ditanam pada tahun ini yang memiliki iklim hujan hampir sepanjang tahun adalah tanaman kedelai. Hal ini dikarenakan tanaman kedelai tidak bisa tumbuh dan menghasilkan hasil produksi yang optimal apabila tanaman kedelai terlalu banyak mendapatkan suplai air misalnya dari hujan. Oleh karena itu perlu dilakukan peramalan bulan apabila ingin mendapatkan hasil yang maksimal untuk penanaman tanaman kedelai.
            Dari data yang diperoleh dimana pada data tersebut data menunjukkan tipe iklim menurut oldeman adalah E4. Dimana pada iklim tersebut menunjukkan intensitas hujan yang merata hampir sepanjang tahun. Tanaman yang paling cocok ditanam setelah pengamatan sepuluh tahun adalah tanaman padi. Dikarenakan intensitas hujan yang merata hampir sepanjang tahun dapat menyediakan air yang sangat dibutuhkan oleh tanaman padi.Top of Form
Bottom of Form