\

newnavbar

Wednesday 22 April 2015

Hujan Turun, Petani di Natuna Kembali Bergairah

RANAI (HK) - Hujan yang turun selama kurang lebih dua jam pada Senin (20/4) di Pulau Bunguran Besar, Natuna, membuat petani kembali bergairah.
Pasalnya dua bulan tanpa hujan, tiga Desa yakni Desa Air Lengit, Desa Tapau dan Desa Harapan Jaya dilanda kekeringan. Sehingga terpaksa petani mengairi tanaman mereka dengan cara manual.


Bahkan dalam sehari para petani harus mengeluarkan biaya penyiraman sekitar Rp30.000 hingga Rp50.000. Besaran biaya itu digunakan membeli bahan bakar minyak (BBM) untuk menghidupi mesing robin yang dipegunakan mengalirkan air ke ladang.

"Alhamdulillah hari ini penantian kami terkabul, hujan akhirnya turun dan mengguyur tanaman kami. Sehingga kami tidak perlu lagi capek-capek nyiram jagung dan tanaman lainnya. Semoga saja hujannya datang lagi," ucapnya salah seorang petani Bunguran Tengah, Soleh (28) ke Haluan Kepri saat ditemui di kebunnya, Jalan Soekarno Hatta, Ranai Bunguran Timur, Senin (20/4).

Meski hujannya tidak terlalu lebat, lanjut Soleh, namun ia dan petani lainnya mengaku hujan tersebut benar-benar membantu mereka mengatasi kekeringan yang selama ini melanda daerahnya, terutama dalam merawat tanaman mereka.

Bagaimana tidak, selama ini ia mengaku sangat kualahan memenuhi kebutuhan tanamannya yang masih sangat memerlukan air. Apalagi tanaman jagungnya yang berada di tempat berbeda cukup memerlukan tenaga dan biaya untuk sekedar menyiram tanamanya.

"Syukurnya hari ini kita tidak mengeluarkan biaya apapun, karena kita terbantu sekali dengan hujan ini," ungkapnya.

Sebelumnya diberitakan, seluruh wilayah kecamatan Bunguran Tengah yang terdiri dari tiga Desa Yakni Desa Air Lengit, Desa Tapau dan Desa Harapan Jaya dilanda kekeringan hingga air bersih untuk konsumsi sehari-hari saja susah.

Keadaan ini cukup membuat warga di satu kecamatan itu resah, terutama sekali bagi para petani yang tanamannya sudah mulai berbuah. (fat)