\

newnavbar

Tuesday 1 April 2014

KEBUDAYAAN MELAYU DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

mohon maaf jika ada yang salah atau dalam penulisan, sesungguhya saya baru belajar dan tidak salahnya jika saya berpantun.


Kapur sirih tersusun rapi didalam tepak
Dipersembahkan untuk sang pangeran
Jika ada salah dan jangkal yang tampak
Salah dan hilaf tolong dimaafkan

              Patik menyembah sepuluh jari
Sembah mengahadap sang permaisuri
Jikalau tugas ini dapat dipelajari
Tidak salahnya anda dapat membagi

Sabki (12122100002)*)
*) Mahasiswa Program Strata-1 (S-1), pada Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas PGRI Yogyakarta,
Kata Kunci: kebudayaan, budaya melayu, perkembangan, ilmu pengetahuan
Abstrak. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan. Manusia dengan kemampuan akalnya membentuk budaya, dan budaya dengan nilai-nilainya menjadi landasan moral dalam kehidupan manusia. Seseorang yang berperilaku sesuai nilai-nilai budaya,  khususnya nilai etika dan moral, akan disebut sebagai manusia yang berbudaya. Selanjutnya, perkembangan diri manusia juga tidak dapat lepas dari nilai­nilai budaya yang berlaku.
Kebudayaan dan masyarakatnya memiliki kekuatan yang mampu mengontrol, membentuk dan mencetak individu. Apagi manusia di samping makhluk individu juga sekaligus makhluk sosial, maka perkembangan dan perilaku individu sangat mungkin dipengaruhi oleh kebudayaan. Atau boleh dikatakan, untuk membentuk karakter manusia paling tepat menggunakan pendekatan budaya.
            Kebudayaan Melayu dari dari massa penjajahan hingga sekarang selalu mengalami perubahan. perubahan itu dapat dilihat dari seni budayanya yang selalu mengikuti budaya barat, tapi tidak kebaratan. Inilah budaya yang di sebut budaya hibrid, yaitu budaya yang mengikuti perubahan zaman dan gempuran dari budaya-budaya barat atau lainnya. Jika ada yang baik untuk memajukan masyarakat maka akan ditiru dan dijadikan sebagai budaya modern. Warisan budaya melayu terbesar yaitu segi bahasa yang menyatukan nusantara, dari segi bahasa ada juga, sastra, seni dan adat istiadat yang islami sebagai penapis masuknya sikap budaya yang tidak sesuai budaya ketimur-timuran.


DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ………………………………………………………          2
PENGERTIAN KEBUDAYAAN………………………………………………   3
BEBERAPA PENDAPAT TENTANG MELAYU DAN KEBUDAYAAN..…   3
SUMBANGAN TERBESAR BUDAYA MELAYU...........................................7
KEBUDAYAAN MELAYU DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN  .............................................................................................................................9
Dampak Positif Ilmu Pengetahuan.....................…………………………….    9
Dampak Negatif Ilmu Pengetahuan.................................................................   10
Sikap kebudayaan melayu dalam perkembangan Ilmu pengetahuan.…………...   11
KESIMPULAN ...................................................................................................  15
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….…  16



PENDAHULUAN

Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan. Manusia dengan kemampuan akalnya membentuk budaya, dan budaya dengan nilai-nilainya menjadi landasan moral dalam kehidupan manusia. Seseorang yang berperilaku sesuai nilai-nilai budaya, khususnya nilai etika dan moral, akan disebut sebagai manusia yang berbudaya. Selanjutnya, perkembangan diri manusia juga tidak dapat lepas dari nilai­nilai budaya yang berlaku.
Kebudayaan dan masyarakatnya memiliki kekuatan yang mampu mengontrol, membentuk dan mencetak individu. Apagi manusia di samping makhluk individu juga sekaligus makhluk sosial, maka perkembangan dan perilaku individu sangat mungkin dipengaruhi oleh kebudayaan. Atau boleh dikatakan, untuk membentuk karakter manusia paling tepat menggunakan pendekatan budaya.
Budaya Melayu umumnya, khasnya Melayu Riau, adalah budaya yang terbuka. Keterbukaan itulah yang menyebabkan kebudayaan Melayu menjadi majemuk dengan masyarakatnya yang majemuk pula. Kemajemukan inilah sebagai salah satu khasanah budaya Melayu yang tangguh, serta sarat dengan keberagaman. Karenanya, orang mengatakan bahwa budaya Melayu bagaikan pelangi atau taman bunga yang penuh warna warni, indah dan memukau. Salah satu khasanah budaya Melayu yang paling sarat dengan nilai-nilai utama sebagai “jatidiri” kemelayuan itu adalah adat istiadatnya atau dikatakan “adat resam”.[9]
Melalui proses keterbukaan itu pula adat resam Melayu menjadi kaya dengan variasi, sarat dengan simbol (lambang) dan falsafah. Kekayaan khasanah nilai itu dapat disimak antara lain dari keberagaman alat dan kelengkapan upacara adat, dari alat dan kelengkapan pakaian pakaian adat, dari bentuk dan ragam hias rumah, dari alat dan kelengkapan ruamh tangga, dari upacara-upacara adat dan tradisi, dari ungkapan-ungkapan adat (pepatah petitih, bidal, ibarat, perumpamaan, pantun, gurindam, seloka, syair dll), yang mereka warisi turun temurun. Karenanya, tidaklah berlebihan bila ada yang berpendapat, bahwa khasana budaya Melayu merupakan “ samudera budaya dunia”, sebab di dalam budaya Melayu memang terdapat berbagai unsur budaya dunia. Dengan sifat keterbukaan itu pula budaya Melayu mampu menyerap beragam unsur budaya luar, sehingga memperkaya khasanah budaya Melayu itu sendiri.[9]
Dari sisi lain, keterbukaan budaya Melayu tidaklah bermakna “terdedah tanpa penapis”, sebab adat istiadat Melayu menjadi salah satu penapis utama dari masuknya unsur-unsur negatif budaya luar. Nilai-nilai adat yang Islami itulah yang senantiasa menyaring dan memilah setiap unsur budaya luar yang masuk. Unsur yang baik mereka serap dengan kearifan yang tinggi, sedangkan yang buruk merka buang dan jauhkan.[9]
Sekarang, peranan adat nampaknya tidak lagi sekental dahulu, sehingga fungsi penapisnya juga turut luntur dan melemah. Akibatnya, di dalam masyarakat Melayu Riau, banyak sudah unsur-unsur negatif budaya luar yang masuk dan merebak kedalam masyarakat Melayu, terutama melanda generasi mudanya. Tentu adanya pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan di masyarakat. Jika diamati jauh sebelum indonesia merdeka kebudayaan melayulah yang mempererat hubungan antar budaya, karna keterbukaannya.


PENGERTIAN KEBUDAYAAN

Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk pada pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia.
Sedangkan definisi kebudayaan menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Budiono K, menegaskan bahwa, “menurut antropologi, kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar”. Pengertian tersebut berarti pewarisan budaya-budaya leluhur melalui proses pendidikan. [3]
budaya dan kebudayaan telah ada sejak manusia berpikir, berkreasi dan berkarya sekaligus menunjukkan bagaimana pola berpikir dan interpretasi manusia terhadap lingkungannya. Dalam kebudayaaan terdapat nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat dan hal itu memaksa manusia berperilaku sesuai budayanya. Antara kebudayaan satu dengan yang lain terdapat perbedaan dalam menentukan nilai-nilai hidup sebagai tradisi atau adat istiadat yang dihormati. Adat istiadat yang berbeda tersebut, antara satu dengan lainnya tidak bisa dikatakan benar atau salah, karena penilaiannya selalu terikat pada kebudayaan tertentu.
Kebudayaan sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang, begitu pula sebaliknya. Di dalam pengembangan kepribadian diperlukan kebudayaan, dan kebudayaan akan terus berkembang melalui kepribadian tersebut. Sebuah masyarakat yang maju, kekuatan penggeraknya adalah individu-individu yang ada di dalamnya. Tingginya sebuah kebudayaan masyarakat dapat dilihat dari kualitas, karakter dan kemampuan individunya.


BEBERAPA PENDAPAT TENTANG MELAYU DAN KEBUDAYAANNYA.

Banyak pendapat para ahli yang mengungkapkan tentang etimologi kata melayu,
- Werndly,
kata “melayu” berasal dari kata “melaju” dasar katanya  laju bermakna cepat, deras dan tangkas, dengan pengertian bahwa orang melayu bersifat tangkas dan cerdas, segala tindak tanduk mereka cepat dan deras
-   Hollander,
Memberi makna melayu sebagai pengembara, tegasnya bahwa orang  melayu suka mengembara atau menjelajah dari satu tempat ketempat lain.
-   Omar Amir Husin,
Kata melayu berasal dari satu daerah dinegeri persia bernama Mahaluyah. Penduduk Mahaluyah telah mengembara ke Asia Tenggara dan menetap si Sumatera dan kepulauan sekitarnya. Suku mahaluyah itulah yang membawa pengaruh kebudayaan Persia di daerah ini ( seperti dalam kesusastraan melayu) beliau jiga mengatakan kata melayu mungkin berasal dari nam-nama guru-guru yang bergelar “Mulaya”, guru inilah yang berperan menyuburkan kebudayaan melayu. [4]
      Banyak pendapat lain yang mengungkapkan tentang kata melayu. Di Indonesia yang dimaksud dengan suku bangsa Melayu adalah yang mempunyai adat istiadat Melayu, yang bermukim terutamanya di sepanjang pantai timur Sumatera, di Kepulauan Riau, dan Kalimantan Barat. Pemusatan suku bangsa Melayu adalah di wilayah Kepulauan Riau. Tetapi jika kita menilik kepada yang lebih besar untuk kawasan Asia Tenggara, maka terpusat di Semenanjung Malaya. Penyebaran budaya melayu ini tidak terlepas dari penjajahan Belanda dan Jepang dalam menginterpensi masyarakat dan dalam pemikiran dan politik dimassa itu.
Kemudian menurut orang Melayu, Orang Melayu bukanlah dilihat daripada tempat asalnya seseorang ataupun dari keturun darahnya saja. Seseorang itu dapat juga disebut Melayu apabila ia beragama Islam, berbahasa Melayu dan mempunyai adat-istiadat Melayu. Orang luar ataupun bangsa lain yang datang lama dan bermukim di daerah ini dipandang sebagai orang Melayu apabila ia beragama Islam, mempergunakan bahasa Melayu dan beradat istiadat Melayu.
Dari segi kebudayaannya Melayu sangat di pengaruhi oleh Hindu budha dalam segi, Agama, pemikiran, sistem pemerintahan, adat istiadat, dan bahasa dan sastera. Awalnya masyarakat melayu menganut paham anamisme, paham ini berbentuk kepercayaan kepada semangat, pemujaan roh nenek moyang dan mahluk alam gaib. Kepercayaan animisme adalah kepercayaan yang amat komplek. Kepercayaan ini mengatur tingkah laku manusia terhadap alam sekeliling, karena mereka percaya bahwa setiap fenomena alam mengandung kekuatan gaib atau penunggu.
Setelah Hindu-Budha mempengaruhi alam melayu, kemudian datang era baru yaitu Islam. Islam mulai tersebar di alam melayu sejak abad ke 13M. Islam bermula di Pasai sekitar tahun 1297M dan Trenggano pada tahun 1303 M. Kedatangan Islam kedaerah ini telah membawa perubahan yang dinamik dalam kehidupan orang melayu. Prof Taib Osman berpendapat bahwa kedatangan Islam ke nusantara telah membawa perubahan sehingga menjadikannya sebahagian dari dunia Islam. Perubahan itu meliputi semua aspek kehidupan orang melayu, seperti dalam  bidang bahasa, sastra, intelektual, undang-undang, kepercayaan, politik, adat istiadat, kesenian dan lainnya. Setelah kedatangan Islam , bahasa Arab  sebagai bahasa resmi agama Islam mulai mengambil alih bahasa sanskrit dikalangan orang melayu, Huruf arab digunakan untuk penulisan bahasa melayu yang disebut huruf Jawi, Huruf baru yang berasal dari Al-Qur’an telah menggantikan huruf Kawi dan Nagari. Setelah Islam masuk, bahasa melayu mengalami perubahan yang sangat pesat dengan meminjam kata-kata arab, sehingga bahasa melayu menjadi media ilmu pengetahuan seperti Teologi, falsafah, etika dan lainnya. Menurut Van der Kroef, bahasa melayu menerima pangaruh Islam dengan begitu kuat, malah melayu tanpa Islam di ibaratkan sebagai diri tanpa nyawa. Dengan kedatangan Islam ke alam melayu, hingga bahasa melayu mengalami proses pemoderenan dan tersebar luas sehingga menjadikannya Lingua Franca di daerah Nusantara.[4]
Pengenalan ilmu pengetahuan yang bercorak falsafah maka Islam memperkenalkan pemikiran yang bercorak rasional dan intelektual dalam masyarakat melayu. Islam juga menekankan unsur persamaan sosial, keadilan, individual, kemuliaan dan kepribadian insani. Dengan itu Islam merobah pandangan dunia orang melayu dari pandangan bercorak mitologi, fantasi kepada pemikiran yang bercorak intelektual yang berazaskan ilmu falsafah Islam dan Mistik yang rasional dan ilmiah. Dengan demikian Islam menekankan kedua aspek jasmani dan rohani untuk membangun masyarakat melayu terhadap ilmu pengetahuan, Islam di alam melayu mengembangkan tradisi pendidikan dan pengajaran dorongan belajar berawal dari pengajaran membaca Al-Qur’an untuk tujuan ibadat, pusat pengajian permulaan berawal di mesjid atau surau, kemudian disekolah-sekolah seperti madrasah, pondok pesantren. Bidang ilmu yang dipelajari bahasa arab, fiqih, falsafah, teologi, logika, etika, hadis, tafsir dan lainnya. Melalui sistem pengajian tersebut lahirlah para cendikiawan dan ulama dalam masyarakat melayu untuk menjadi pegawai, guru dan ahli agama, ahli fikir dan pujangga seperti Hamzah Fansuri, Nurudin Alraniri dan lainnya.[4]



SUMBANGAN TERBESAR BUDAYA MELAYU.

Masuknya Islam di alam melayu sangat mempengaruhi dari semua aspek kehidupan orang melayu, seperti dalam  bidang bahasa, sastra, intelektual, undang-undang, kepercayaan, politik, adat istiadat, kesenian dan lainnya. Islam di tanah melayu membuat perubahan baru, berawal masuknya di Pasai sehingga menyebar ke seluruh nusantara melalui sunan-sunan dan kerajaan Islam di Indonesia.
Bahasa melayu berkembang dengan cepat, hal ini disebabkan karena bahasa melayu termasuk bahasa yang mudah. Bahasa yang mudah berarti bahasa yang dengan cepat dapat dipelajari. Bahasa Melayu mengalami perkembangan Bahasa, yaitu, Melayu kuno, Melayu Klasik dan Bahasa Indonesia. Puncak dan pernyataan bahwa Bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa persatuan bangsa adalah diikrarkannya sumpah pemuda di Jakarta, yang dicetuskan oleh para pemuda dari berbagai penjuru nusantara, pada saat itulah lahir Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nusantara. Serta bahasa Melayu berkerabat dengan Bahasa Nusantara lainnya.
Menurut Prof. Dr. Slamet Mulyana, ada 4 faktor yang menjadi sebab diangkatnya Bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan, yaitu :1. Sejarah telah membantu penyebaran bahasa melayu.2. Bahasa melayu mempunyai sistem yang sederhana ditinjau dari segi fonologi, morfologi, dan sintaksis.3. Faktor psikologi, yaitu bahwa suku bangsa jawa dan sunda telah suka rela menerima bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.4. Kesanggupan bahasa itu sendiri.
Periode-periode bersejarah dalam perkembangan Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia:
a.      Periode pertama: Bahasa Melayu tertua yang masih dapat diselidiki sebagai peninggalan masa lampau.
b.     Periode kedua: Pada saat Malaka mengalami masa kejayaan (abad 15), yaitu ketika Malaka menjadi pusat perdagangan, bahasa kesastraan Melayu sangat pesat berkembang.
c.      Periode ketiga: Masa dibangunnya kembali kesusastraan Melayu di Johor, sebagai gantinya kesusastraan yang lama dihilangkan.d. Periode keempat: Permulaan abad ke 19, dimasa pujangga Abdullah Bin Abdul Kadir Munsi bersama ayahnya, mempunyai perhatian besar terhadap bahasa dan kesusastraan Melayu.e. Periode kelima: Memasuki abad ke 20, boleh dikatakan bermulanya masa perkembangan Lingua franca menuju ke bahasa Indonesia.
Bahasa Melayu pada mulanya digunakan di kawasan nusantara, oleh penduduk di sekitar gugusan pulau nusantara yang terdekat di wilayah asia yaitu pantai timur Sumatra, semenanjung Malaka, dan pantai Camppa di Vietnam. Bahasa Indonesia yang kini dipakai oleh bangsa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan dan bahasa komunikasi antara suku-suku bangsa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu. Awal mula bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia pada abad 1950 SM - 115 SM berdiri kerajaan Saba (Arabia selatan), dan dilanjutkan dengan kerajaan Himiar. Diantara 2 kerajaan Saba dan Sumatra, telah ada hubungan langsung yaitu hubungan perdagangan rempah-rempah dari Maluku dan pulau –pulau lainnya. Semenjak terjadinya hubungan perdagangan tersebut, maka penduduk nusantara mempergunakan Bahasa Melayu. [7]
Dari sinilah awal mulanya bangsa Indonesia mulai menggunakan bahasa melayu, sebagai cikal bakal bahasa resmi bangsa Indonesia. Setelah mengalami perubahan sebanyak 3 kali, akhirnya bahasa Indonesia telah disempurnakan. Bahasa melayu merupakan sumbangan terbesar melayu, bagai mana yang di ungkapkan oleh wakil presiden RI Boediono, menilai warisan dan sumbangan terbesar dari kebudayaan Melayu tak lain adalah penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. 
Ia mengungkapkan bahwa "Bagi kita yang hidup sekarang, sumbangan yang paling nyata dan tetap abadi adalah konsensus kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa pemersatu bangsa. Selain bahasa, budaya melayu juga menyumbangkan sastra, syair, dan seni. [6]

Kebudayaan Melayu dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan.

Diawal-awal tulisan ini penulis sudah memaparkan tentang kebudayaan melayu, adat istiadat, sikap budaya yang terbuka, sampai sumbangan terbesar di Indonesia. Ini ada keterkaitan antar perkembangan ilmu pengetahuan dimasa sekarang. Sebelum lebih jauh kita uraikan apa itu ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bertujuan mencapai kebenaran ilimiah tentang suatu objek tertentu, yang diperoleh melalui pendekatan atau cara pandang, metode dan sistem. Cara pandang suatu dan metode yang digunakan haruslah yang sesuai, karna tanggung jawab ilmu pengetahuan menyangkut juga tanggung jawab terhadap hal-hal yang akan dan telah diakibatkan ilmu pengetahuan dimasa lalu, sekarang, maupun apa akibatnya bagi masa depan berdasar keputusan-keputusan bebas manusia dalam kegiatannya. Penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan terbukti ada yang dapat mengubah sesuatu aturan baik alam maupun manusia. Hal ini tentu saja menuntut tanggung jawab untuk selalu menjaga agar apa yang diwujudkan dalam perubahan tersebut akan merupakan perubahan yang baik, yang seharusnya ; baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi itu sendiri maupun bagi perkembangan eksisitensi manusia secara utuh.
Kemajuan ilmu pengetahuan, dengan demikian, memerlukan visi moral yang tepat. Tanap moral yang tepat ilmu pengetahuan itu akan disalah artikan, terlebihnya kan di salah gunakan, awalnya ilmu pengetahuan itu sebagai alat mempermudah malah menjadi alat penghancur generasi kedepan. Maka dari itu harus menjadi konsep normatif, bagai mana dalam mengembangi ilmu pengetahuan dengan permasalahan bangsa yang ada sekarang.
            Lajunya pertumbuhan global dalam sektor ilmu pengetahuan dan teknologi diera sekarang sangat mempengaruhi keberadaan budaya, adat istiadat, dan norma-norma, karna lajunya impormasi dari luar yang masuk ke dalam negeri tidak dapat di bendung lagi. Berlakunya pasar bebas dan era globalisasi yang menuntut masyarakat selalu bersaing dalam dunia menafkahi.
Sebenarnya semua budaya di Indonesia sangat mempengaruhi dari perkembangan ilmu pengetahuan, dari aspek sosial dan budaya masyarakat yang terbuka dan selalu menerima tataran baru, tanpa menghilangkan budaya asli tersebut. Namun di era sekarang kebudayaan-kebudayaan itu telah hilang, sikap toleransi dan berbagi, serta gotong royong telah hilang. Adanya kemajuan suatu ilmu pengetahuan baru membuat, kemunduran terutapa segi aspek moral, sopan santun dan tingkah laku generasi muda yang anarkis, pendendam. Jika kita berkaca dengan sejarah perkembangan Indonesia.
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya teknologi telah menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi kehidupan manusia. Ketakutan yang dirasakan oleh manusia akibat perkembangan teknologi ini disebabkan adanya kekhawatiran akan adanya penyalah gunaannya oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Dampak Positif Ilmu Pengetahuan

Dengan adanya Kemajuan dalam bidang teknologi dan peralatan hidup, masyarakat pada saat ini dapat bekerja secara cepat dan efisien karena adanya peralatan yang mendukungnya sehingga dapat mengembangkan usahanya dengan lebih baik lagi.

Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan pengetahuan yang dimiliki.
Di bidang kedokteran dan kemajauan ekonomi mampu menjadikan produk kedokteran menjadi komoditi Meskipun demikian ada pula dampak negatifnya antara lain;
terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan
Sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan juga melahirkan generasi yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros dan memiliki jalan pintas yang bermental “instant”.[6]
Contoh Dampak positif :
Seseorang mengambil dari budaya yang ada sekarang misalnya saja perkembangan pada pengetahuan teknologi. Sekarang teknologi bukan lagi jadi bahan yang tabu di masayarakat umum dengan kemajuan teknologi semua dapat dengan mudahnya diselesaikan. Sebagai contoh penggunaan gadget, laptop dan lainnya, dengan gadget dan laptop kita dapat mengetahui informasi apapun, kapanpun dan dimanapun dengan mudah, dengan koneksi internet tentunya.

Dampak Negatif Ilmu Pengetahuan

Dapat menghilangkan kebudayaan asli Indonesia, serta dapat terjadi proses perubahan sosial didaerah yang dapat mengakibatkan permusuhan antar suku sehingga rasa persatuan dan kesatuan bangsa menjadi goyah.
Apabila budaya asing masuk ke Indonesia, dan tidak ada lagi kesadaran dari masyarakat untuk mempertahankan dan melestarikannya, dipastikan lagi masyarakat Indonesia tidak akan dapat lagi melihat kebudayaan Indonesia kedepan. Penyalahgunaan Fungsi Bebasnya setiap orang mengakses ataupun menggunakan teknologi, maka dengan mudah juga terjadi penyalahgunaan fungsi dari teknologi tersebut.
Pemborosan Biaya Teknologi yang tidak akan ada habisnya, akan membuat para penggunanya tidak pernah puas sehingga perlu biaya untuk selalu mengupdate teknologi yang mereka miliki ataupun penggunaan teknologi komunikasi yang makin meluas juga diikuti penambahan biaya.[6]
Global Warming Pengalihan kinerja manusia ke mesin tentu makin menyebabkan polusi udara sehingga memperparah pemanasan global, namun akhir akhir para produsen teknologi telah memproduksi segala kebutuhan teknologi yang di imbangi dengan pelestarian alam dan ramah lingkungan.
Contoh dampak negatif :
Namun tidak sedikit orang salah dalam menggunakan teknologi dan berdampak negatif Sebagai contoh yaitu, penipuan, perjudian, kejahatan dunia maya dan lain sebagainya.[6]


Sikap Kebudayaan Melayu dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan.

Budaya Melayu umumnya, khasnya Melayu Riau, adalah budaya yang terbuka. Keterbukaan itulah yang menyebabkan kebudayaan Melayu menjadi majemuk dengan masyarakatnya yang majemuk pula. Kemajemukan inilah sebagai salah satu khasanah budaya Melayu yang tangguh, serta sarat dengan keberagaman. Karenanya, orang mengatakan bahwa budaya Melayu bagaikan pelangi atau taman bunga yang penuh warna warni, indah dan memukau. Salah satu khasanah budaya Melayu yang paling sarat dengan nilai-nilai utama sebagai “jatidiri” kemelayuan itu adalah adat istiadatnya atau dikatakan “adat resam”.
Melalui proses keterbukaan itu pula adat resam Melayu menjadi kaya dengan variasi, sarat dengan simbol (lambang) dan falsafah. Kekayaan khasanah nilai itu dapat disimak antara lain dari keberagaman alat dan kelengkapan upacara adat, dari alat dan kelengkapan pakaian pakaian adat, dari bentuk dan ragam hias rumah, dari alat dan kelengkapan ruamh tangga, dari upacara-upacara adat dan tradisi, dari ungkapan-ungkapan adat (pepatah petitih, bidal, ibarat, perumpamaan, pantun, gurindam, seloka, syair dll), yang mereka warisi turun temurun. Karenanya, tidaklah berlebihan bila ada yang berpendapat, bahwa khasana budaya Melayu merupakan “ samudera budaya dunia”, sebab di dalam budaya Melayu memang terdapat berbagai unsur budaya dunia. Dengan sifat keterbukaan itu pula budaya Melayu mampu menyerap beragam unsur budaya luar, sehingga memperkaya khasanah budaya Melayu itu sendiri.[2]
Dari sisi lain, keterbukaan budaya Melayu tidaklah bermakna “terdedah tanpa penapis”, sebab adat istiadat Melayu menjadi salah satu penapis utama dari masuknya unsur-unsur negatif budaya luar. Nilai-nilai adat yang Islami itulah yang senantiasa menyaring dan memilah setiap unsur budaya luar yang masuk. Unsur yang baik mereka serap dengan kearifan yang tinggi, sedangkan yang buruk merka buang dan jauhkan.[2]
Pandangan ini, tentunya mengacu pada perkembangan zaman, budaya melayu selalu mengikuti perubahan zaman tanpa menghilangkan nilai-nilai khazanah melayu sebagai mana telah di sebutkan tadi.
Adanya konflik antar kebudayan timur dan barat sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan satu dari kenyataan globalisasi terhadap budaya Melayu. Konflik antara budaya Barat dengan budaya Melayu telah menempatkan budaya Melayu kini sebagai satu entitas yang terdominasi oleh hegemoni dan kedigdayaan budaya Barat. Secara tegas bahkan ada yang mengatakan sebagai bentuk kekalahan budaya Melayu dalam menghadapi ekspansi budaya Barat di ranah intelektual. Namun perlu difahami bersama bahwa konflik hanya awal dari sebuah proses. Baik Barat dan Timur pada prinsipnya akan memasuki tahap adaptasi, hanya saja porsi adaptasi bagi yang terdominasi lebih besar ketimbang yang mendominasi. Adaptasi ini pun diikuti dengan Asimilasi sebelum akhirnya ia teringrasi pada perubahan sosial yang ada.
Apakah kondisi yang demikian adalah sebuah kekalahan? Nyatanya dalam fenomena interaksi, perubahan adalah sebuah keniscayaan. Mendominasi atau terhegemoni hanyalah sebuah realitas sosial yang terus berputar dalam pendulu sejarah. Bagi sebuah kebudayaan harusnya hal ini bukanlah sebuah beban yang harus dipusingkan, sebab yang lebih penting adalah bagaimana bertahan dan menyesuaikan diri dengan segala perubahan lingkungan. Demikian halnya, seperti yang terjadi dalam budaya Melayu. Tidak semua elemen budaya mengalami degradasi nilai, justru pergeseran yang terjadi perlu mendapat apresiasi sebagai bentuk rekonstruksi positif bagi budaya Melayu dalam menjawab perubahan zaman. Rekonstruksi budaya tidak selamanya mengindikasikan kekalahan akibat hegemoni budaya lain. Justru sebaliknya, rekonstruksi harusnya dipahami sebagai upaya proyek kreatif bagi sebuah budaya dalam menjawab tantangan perubahan sosial. Budaya sebagai pandangan hidup tidaklah statis sebab manusia sebagai subjek yang menentukan warna budaya memiliki sifat dinamis. Rekontruksi budaya Melayu sebagai jawaban terhadap globalisasi adalah upaya dialektika internal akan nilai-nilai transendental maupun material budaya untuk di konseptualisasikan (diterjemahkan) kembali dan disesuaikan dengan logika berfikir masyarakat global kini. Tentu tidak semua harus disesuaikan, dan besar kecilnya perubahan sang-budaya tergantung sejauh apa budaya tersebut mampu berdialog dengan habitus dan modal dalam ranah interaksi di lingkup internal.
Dalam globalisasi, kebudayan dan identitas bersifat translokal (Pieterse 1995). Kebudayaan dan identitas tidak lagi mencukupi jika dipahami dalam term tempat, tetapi akan lebih baik jika dikonseptualisasikan dalam term perjalanan. Dalam konsep ini tercakup budaya dan orang yang selalu dalam perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, juga kebudayaan sebagai sites of criss-crossing travellers (Clifford 1992). Oleh krena itu, globalisasi pada hakikatnya telah membawa perubahan besar bagi sebuah entitas kebudayaan. Serangkaian penjabaran dinamika budaya Melayu di atas ingin membwa pada pemahaman akan pentingnya upaya-upaya pelestarian tinggalan budaya Melayu di tengah derasnya arus globalisasi. Penggalian, pendokumentasian dan perawatan, pelestarian, hingga pada akhirnya penyajian kalau tidak ingin disebut “penjualan” kepada dunia merupakan langkah yang harus ditempuh demi lestarinya budaya Melayu. Namun, sebagai bagian dari ranah interaksi bduaya global, kebudayaan Melayu tealh mencerminkan sikap akomodatif yang elegan dalamwaktu yang singkat. Hidbridisasi sebagai wujud rekonstuksi identitas ke-melayu-an di ranah pergaulan internasional menjadi satu keharusan agar Kebudayaan ini tetap menempati martabatnya sebagai budaya bangsa yang berdaulat.[4]
Hibridisasi budaya merupakan salah satu implikasi logis terhadap perkembangan budaya Melayu dalam konteks kekinian. Proses ini merupakan sebuah upaya dialektika yang tidak sebentar. Dalam perjalanannya budaya Melayu melalui masyarakat pendukungnya mencoba menafsirkan kembali niali-nilai falsafah dan norma-norma adiluhung dari budaya melayu itu sendiri (self reflection). Kemudian dengan seiring jalannya waktu, pergaulan antarbudaya dalam dinamika globalisasi mendorong masyakat Melayu untuk bertoleransi dengan budaya lain khususnya Barat, untuk diadopsi pada fragmen-fragmen tertentu dalam “tubuh” budaya Melayu. Alhasil beberapa perwujudan dari bentuk material budaya Melayu kini terkesan lebih metropolis dan modern (dalam presepektif umum bahwa modern merupakanrepresentasi budaya barat).[4]
Tradisi atau gagasan pelestarian dan komodifikasi produk-produk budaya yang muncul dari Barat tampaknya adalah satu hal pelajaran tersendiri bagi eksitensi budaya Melayu ke depan. Masyarakat melayu sebagai salah satu representasi masyarakat Timur, barangkali kerap bersikap skeptis terhadap hal ini. Namun, perlu di ingat bahwa tidak semua yang datang dari Barat itu buruk dan harus dihindari, nyataannya justru mampu mendorong kreatifitas bagi konsruksi budaya dan membawa keuntungan bagi pelestarian serta pengembangan kebudayaan Melayu modern. Selain itu dalam ranah intelektual global, budaya yang bekerja pada basis ide, gagasan, maupun pengetahuan dapat menjadikan ranah interaksi ini sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi budaya Barat melalui peruwujudan budaya hybrid.[4]




KESIMPULAN
Kebudayaan Melayu dari dari massa masuknya agama Hindu-Budha sampai sekarang selalu mengalami perubahan. perubahan itu dapat dilihat dari seni budayanya yang selalu mengikuti budaya barat, tapi tidak kebaratan. Inilah budaya yang di sebut budaya hibrid, yaitu budaya yang mengikuti perubahan zaman dan gempuran dari budaya-budaya barat atau lainnya. Jika ada yang baik untuk memajukan masyarakat maka akan ditiru dan dijadikan sebagai budaya modern. Warisan budaya melayu terbesar yaitu segi bahasa yang menyatukan nusantara, dari segi bahasa ada juga, sastra, seni dan adat istiadat yang islami sebagai penapis masuknya sikap budaya yang tidak sesuai budaya ketimur-timuran. Budaya hibrid sangat bisa memnentukan keadaan budaya tersebut bisa punah atau tidak oleh waktu dan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap budaya. Tapi dengan adanya pencampuran antara budaya barat yang mendominasi di era sekarang dengan budaya ketimuran yang telah keterbelakang, jadi dapat di pastikan budaya melayu tetap bertahan karna mengikuti perubahan zaman.





DAFTAR PUSTAKA
  1. Anonim, 2009. Perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam http://kartun-77.blogspot.com. Diakses 14 Maret 2014.
  2.     Anonim, 2010. Pusat Impormasi Kebudayaan Melayu. Dalam https://www.facebook.com/PusatInformasiKebudayaanMelayu/posts/510121482403525?stream_ref=10. Diakses 14 maret 2014
  3.  Anonim, 2013. Pengertian Budaya dan Kebudayaan. Dalam http://www.referensimakalah.com. Diakses 15 Maret 2014.
  4. Dasril, 2010. Intraksi antar budaya. Dalam http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents. diakses 14 Maret 2014.
  5. Fauzi, 2013. Perkembangan Melayu. Dalam http://fauziteater76.blogspot.com. Diakses 14 Maret 2014.
  6. Rahman, Bahim, 2013. Dampak Positif dan Negatif Perkembangan. Dalam  http://bahimrahmat.blogspot.com. Diakses 15 Maret 2014.
  7. Republika, 2013.Budiono sebut Bahasa Indonesia Warisan Terbesar Melayu. Dalam  http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/09/27/mts4xv-boediono-sebut-bahasa-indonesia-warisan-terbesar-melayu. Diakses 16 Maret 2014.
  8. Wahab, 2010. Guru Pantura. Dalam http://wahabkhoter.blogspot.com. Diakses 14 Maret 2013.
  9. Wikipidia, 2009. Melayu Riau. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Melayu_Riau.   Diakses 15 Maret 2014.




No comments:

Post a Comment